Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Pilah Sampah Tak Sekadar Pisahkan Kotoran
- 09 Oct
- ikp
- No Comments

SEMARANG – Sampah bukan berarti buangan tak berharga atau kotoran. Banyak produk sampah yang bisa diolah menjadi barang bernilai ekonomi tinggi, mulai dari kompos, produk daur ulang, hingga biji plastik.
Namun, untuk mendapatkan sampah yang bernilai jual tinggi, tidak mudah jika masyarakat masih membuangnya tanpa dipilah. Sehingga, sampah yang mestinya bisa langsung diolah mesti dipilah lagi dan dibersihkan.
Hal itu disampaikan Ketua TPS 3R Dusun Suko, Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang Wahyu Prasetya, saat dialog interaktif bertajuk “Sampah Membawa Berkah”, di Studio Mini Kantor Gubenur Jawa Tengah, Selasa (8/10/2019) sore. Diakui, sejumlah produk plastik, termasuk plastik kemasan air minum, bisa dijual. Namun, harganya akan berbeda jika plastik dijual dalam kondisi bersih dan kotor.
“Lebih mahal yang bersih. Jadi sebaiknya sampah dipilah dulu dari tingkat rumah tangga agar bisa bernilai ekonomi,” ungkap Wahyu.
Sayangnya, masih banyak orang yang tidak peduli dengan pemilahan sampah. Terbukti, dari pengelolaan sampah yang dilakukan di TPS 3R, banyak dijumpai sampah organik dan nonorganik yang tercampur. Dari pengambilan tiga kali dalam seminggu, yang masing-masing mendapat enam hingga tujuh boks motor beroda tiga, setelah dilakukan pemilahan antara sampah organik dan anorganik, sampah yang dapat diolah kembali hanya sekitar tiga sampai empat boks motor. Selebihnya sampah yang tidak dapat diolah kembali diangkut ke TPS.
“Sampah dari warga itu kan masih campur aduk, sehingga ketika dibawa ke TPS 3R, masih harus dipilah lagi,” bebernya.
Dengan fasilitasi gedung, infrastruktur, mesin pencacah dan pengayak sampah, seeta kendaraan angkut dari Kementerian PUPR, Wahyu bersama pengurus lain berupaya semaksimal mungkin mengolah sampah warga. Sehingga, bisa mengurangi beban Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS). Sampah organik diolah menjadi pupuk kompos. Sementara sampah nonorganik yang bernilai ekonomis dijual ke pengepul.
“Pupuk kompos yang telah difermentasikan dikemas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam jumlah banyak maupun dikemas kiloan. Kalau menurut kebutuhan masyarakat banyak, kita kemas pakai karung. Kami menyediakan juga untuk mungkin yang hobi bertanam di rumah dengan pot, polybag, dalam kemasan kiloan,” tambahnya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengajak masyarakat membiasakan memilah sampah. Tak hanya memudahkan pengelolaan sampah, tapi juga menguntungkan karena laku dijual.
“Awalnya pasti berat, ini butuh kebiasaan kok” ujar Ganjar.
Menurutnya, inovasi teknologi yang dilakukan untuk mengatasi sampah terhitung banyak. Sejumlah pihak pun berlomba-lomba menawarkan teknologi tersebut. Namun, tidak banyak yang mencoba menerobos dari aspek sosiologi, yang menggerakkan masyarakat dari level bawah dalam mengelola sampah. Padahal, jika masyarakat sudah terbiasa mengelola sampah, akan berdampak pada pengurangan sampah.
“Kalau mandiri, sadar, itu awalnya repot. Tapi kalau sudah jadi kebiasaan, itu menjadi habbit,” tambahnya.
Sebagai informasi, Provinsi Jawa Tengah akan menyelenggarakan Kongres Sampah pada 12-13 Oktober mendatang, di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Sejumlah pihak mulai akademisi, pengusaha, media, masyarakat, dan pemerintah, dilibatkan untuk membahas permasalahan sampah beserta alternatif solusinya. (Hi/Ul, Diskominfo Jateng)