Pertanian Terpadu Berbasis Pesantren Jadi Jihad Ekonomi

  • 30 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

Jepara – Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al Haromain, Gus Haizul Ma’arif menyebut program Pertanian Terpadu Berbasis Pesantren dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebagai jihad ekonomi pesantren di masa kini. Pihaknya memandang penting program tersebut karena akan sangat membantu kemandirian dan pengembangan pondok pesantren.

“Kegiatan ini penting karena suatu pondok pesantren maju, tidak hanya di bidang keilmuan agama, ngaji, belajar kitab kuning saja. Tapi kita ingin ponpes mampu mandiri secara ekonomi, mampu mengembangkan ponpesnya masing-masing. Maka, konsep akhir zaman seperti ini, jihad ekonomi adalah penting,” tutur Gus Haizul Ma’arif saat memberikan sambutan dalam kegiatan Halaqah Pengembangan Pertanian Terpadu Berbasis Pesantren di Pondok Pesantren Al Haromain Desa Rajekwesi Mayong Jepara, Selasa (30/10)

Menurut Gus Haizul, pondok pesantren di Indonesia punya potensi yang besar dan luas untuk memajukan perekonomian. Sehingga, keberadaan program pertanian terpadu berbasis pesantren yang dilaksanakan Pemprov Jateng sejak 2014 lalu, seperti gayung bersambut. Sebab, artinya Pemprov Jateng punya perhatian terhadap potensi ponpes.

Gus Haizul menambahkan, saat ini organisasi Komunitas Masyarakat Pesantren Indonesia (KMPI) Jawa Tengah sudah terbentuk. Karenanya, dia mengimbau agar pondok pesantren di Jawa Tengah bisa tergabung di dalamnya. Organisasi tersebut menjadi media komunikasi antarpondok pesantren, termasuk pemberdayaan untuk mengembangkan ponpes.

“Kami harapkan ponpes-ponpes kersa gabung wonten ing KMPI. Insyaa Allah dengan bergabung menjadi anggota KMPI, akan memudahkan kita berkomunikasi dan silaturrahim dalam mengembangkan ponpes yang lebih baik nanti. Banyak program KMPI yang akan disampaikan ke anggota,” katanya

Dibeberkan, setidaknya ada 17 program bantuan yang disampaikan pemprov kepada KMPI. Antara lain pelatihan agribisnis, demplot unit percontohan pertanian dan ternak, bibit tanaman, bibit ikan, dan pengembangan SDM koperasi pesantren.

Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen mengatakan, potensi sekitar pondok pesantren memang harus didayagunakan secara optimal. Pelaksanaannya tergantung niat, semangat, kerja keras, serta kejelian dan kecermatan untuk dapat mengembangkan setiap potensi dengan baik.

“Kalau kita jeli, maka potensi sekecil apapun akan jadi berkah dan rezeki yang melimpah. Tapi kalau nggak jeli, ada potensi besar pun nggak sadar atau nggak ngerti mau diapakan. Eman-eman kalau begini,” tuturnya.

Wagub memberi contoh, di sektor pertanian, potensi bisnisnya bukan bukan hanya pada sisi on farm, tetapi ada potensi lain di sisi off farm yang prospektif secara keekonomian untuk dikembangkan. Misalnya, panen padi, akan lebih baik jika tidak dijual berupa gabah, tapi berupa beras karena nilai jualnya lebih tinggi. Bisa juga menjual beras dalam bentuk kemasan sehingga lebih menarik perhatian konsumen.

“Beras kemasan tentu harganya menjadi makin baik dibanding tanpa kemasan. Atau kemudian bisa pula diolah menjadi tepung beras. Tentu harganya bisa lebih tinggi. Inilah komodifikasi itu, mengolah komoditas menjadi punya nilai tambah ekonomi secara signifikan,” jelas dia.

Ditambahkan, Pemprov Jateng berkomitmen memberikan stimulus dan bantuan untuk pengembangan pertanian terpadu di pondok pesantren. Namun, dia menggarisbawahi, bantuan yang diterima ponpes mesti bisa dikelola dengan baik. Jika menemui kendala, jangan ragu untuk konsultasi dengan pendamping dari OPD terkait.

“Membanggakan kalau semua ponpes punya usaha ekonomi produktif yang maju dan berhasil. Kebutuhan operasional pondok bisa dipenuhi dari hasil kerja sendiri, bahkan bila berlebih bisa untuk pengembangan pondok. Syukur-syukur bisa mendorong tumbuhnya ekonomi produktif pada lingkungan masyarakat sekitar pondok pesantren,” harap putra kiai kharismatik H Maimoen Zubair itu.

Sekretaris Daerah Provinsi Jateng Dr Ir Sri Puryono KS MP saat menyampaikan laporan kegiatan menambahkan, pada 2018, program pertanian terpadu berbasis pesantren diarahkan berkembang pada kegiatan agribisnis. Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun hilir.

“Penyebutan hulu dan hilir mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan atau food supply chain. Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran,” papar mantan Ketua Umum Forum Sekda Seluruh Indonesia (Forsesdasi) itu.

Untuk melaksanakan program pertanian terpadu berbasis pesantren, pemerintah akan selalu memberikan stimulus pada kegiatan pengembangan pertanian, perikanan maupun peternakan yang dilakukan oleh pesantren. Yakni melalui pemberian bantuan bibit tanaman, ikan, ternak dan pengembangan di sektor hilir yang berupa pengolahan hasil pertanian, perikanan dan peternakan.

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait