Pernahkah Anda Gunakan Narkotika?

  • 20 Aug
  • bidang ikp
  • No Comments

Pemalang – Penyalahgunaan narkotika sudah sering dibahas, baik di media massa, maupun pada berbagai acara seminar dan sosialisasi. Tak terkecuali pada kalangan pelajar.

Tapi saat ada pertanyaan, siapa yang pernah menggunakan narkotika dan apa alasannya, hanya akan ada sedikit orang yang mengakuinya. Seperti, saat pertanyaan tersebut dilontarkan Kepala BNN Kabupaten Batang Drs Teguh Budi Santoso MM, pada Seminar Antinarkoba Forum OSIS Provinsi Jawa Tengah, dalam rangkaian Pesta Rakyat 2018, di Aula Disparpora Kabupaten Pemalang, Senin (20/8).

Sebagian besar peserta justru menertawakan pertanyaan tersebut. Namun, Rendi, siswa SMKN 1 Ampelgading memberanikan untuk maju. Dia mengakui pernah menggunakan narkotika, tepatnya saat pemuda itu mesti menjalani operasi beberapa waktu lalu. Menurutnya, obat penghilang rasa sakit yang digunakan itu merupakan narkotika.

“Saya pernah dibius. Berarti saya pernah memakai narkoba,” ujarnya.

Jawaban Rendi pun mengundang tepuk tangan dari Teguh. Artinya, Rendi mengetahui mengenai jenis narkotika dan kegunaannya. Menurutnya, penghilang rasa sakit yang biasa digunakan saat operasi, pengobatan luka, khitan, mengandung narkotika.

“Narkotikanya tidak salah. Yang salah itu penyalahgunaan narkotikanya,” tegas Teguh.

Ditambahkan, narkotika terbagi menjadi tiga golongan. Golongan pertama, zat adiktif yang sangat kuat dan tidak bisa untuk pengobatan. Dari 82 jenis narkotika golongan ini, yang terbanyak digunakan adalah sabu, ganja, dan heroin. Golongan kedua, zat adiktif yang kuat tapi masih bisa digunakan di dunia medis. Seperti morfin, petidin, dan sebagainya. Karena menimbulkan efek kecanduan, pemakaiannya pun mesti mendapat pemantauan ketat dari dokter. Golongan ketiga, zat adiktif yang sedang tapi bisa menimbulkan efek kecanduan. Misalnya codeine yang sering dipakai pada obat batuk dan flu.

Mengapa narkotika berbahaya? Menurut Teguh karena sifatnya yang habitual (selalu teringat), sehingga orang akan berusaha terus mencari narkotika. Selain itu, narkotika juga berdampak adiktif (kecanduan) dan toleransi di mana dosisnya akan terus meningkat, tidak bisa menurun.

Efek yang ditimbulkan narkotika pun berbeda-beda. Ada yang berefek stimulan, membuat penggunanya agresif, tidak merasakan lelah dan ngantuk. Narkoba jenis ini antara lain sabu dan ekstasi. Penggunanya biasanya dari kalangan penyuka dunia gemerlap.

Selain stimulan, beber Teguh, narkotika bisa berefek depresan, di mana penggunanya akan merasa teler, ngantuk, dan selalu ingin tidur. Seperti pada penggunaan putau, heroin, morfin. Efek lainnya, halusinogen, yang membuat penggunanya suka berhalusinasi. Salah satunya, ganja.

“Makanya, jangan sekali-kali menggunakan narkoba karena akan sulit lepas,” tegasnya.

Diungkapkan, penyalahgunaan narkoba terbanyak berasal dari kalangan pekerja, sebanyak 50,30 persen. Kendati begitu, di kalangan pelajar penyalahgunaan narkoba sudah 27,37 persen. Kebutuhan narkoba di Indonesia pun cukup tinggi, misalnya kebutuhan ganja mencapai 158 juta gram, sabu 119 juta gram. Artinya, jika kebutuhan tinggi, penggunanya juga banyak. Belum lagi peredaran narkoba jenis baru yang saat ini terdeteksi 863 jenis beredar di 172 negara, 72 jenis di antaranya masuk ke Indonesia.

Untuk menghindarinya, masyarakat khususnya pelajar, mesti mengetahui bahaya penyalahgunaan narkotika. Jangan kucilkan pelaku penyalahgunaan narkoba, dan jangan tolak keberadaan mereka di masyarakat. Bantu mereka agar tak kecanduan lagi dengan membawa pecandu narkoba ke BNN untuk direhabilitasi.

“Kenali juga jenis-jenis narkoba sehingga bisa terhindar dari penyalahgunaan narkoba, termasuk alat yang digunakan untuk memakai. Seperti, kalau menjumpai botol air mineral dengan dua lubang yang diberi sedotan, dan korek gas yang ujungnya dipatahkan di suatu tempat, waspadai alat itu untuk pesta narkoba,” imbau Teguh.

Senada dengan Teguh, Kabid Ketahanan Bangsa Badan Kesbangpolinmas Provinsi Jawa Tengah Dra Atiek Suryati MSi, mengingatkan masyarakat agar tidak menyentuh apalagi mencoba narkoba. Jangan sampai bangsa ini terkena penyakit dan virus sosial yang menghantui, serta merongrong Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pemerhati Budaya, Ripana Puntarasa menekankan, generasi muda memiliki tanggung jawab besar atas hidup dan kelangsungan bangsa. Karenanya, dalam bertindah, mereka diharapkan selalu mengingat tanah yang dipijak dan bangsa yang dijunjung.

“Setidaknya, jawab pertanyaan, awakmu kuwi sapa? Karepmu apa atau apa yang jadi kehendakmu? Bisamu apa? Kancamu sapa?” katanya.

Sementara itu, Ketua Forum OSIS Jateng Sofan Mujahid menyambut baik kegiatan tersebut. Bagaimana pun peran pemuda adalah menggerakkan pemuda lain untuk melakukan suatu hal yang positif. Perkuat kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk instansi pemerintah karena berkolaborasi akan mendapatkan hasil yang lebih maksimal dibandingkan kerja sendiri.

“Harapannya setiap daerah bisa melaksanakan kegiatan seperti ini secara serentak dan sinergi. Sebab, peran OSIS merupakan peran jangka panjang secara konstitusi. Tapi secara aksi, kita punya prinsip think globaly, act localy,” tandas Sofan. (Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait