Perlu Pembiasaan Nabung Air 

  • 19 Sep
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Seberapa penting ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan manusia? Semua orang pasti paham bahwa keberadaannya sangat penting, karena menjadi kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Tapi seberapa sadar manusia untuk mau menjaganya?  

Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP menyampaikan belum banyak orang yang sadar dan memiliki komitmen untuk menjaga air. Misalnya, tidak mudah mengubah perilaku masyarakat untuk menampung air.

“Tapi logika kita semua mengerti tho. Bakal banjir besok (ketika hujan deras dan tidak tertampung). Mbok kita tampung yuk untuk berikutnya. Ada nggak kesadaran itu? Sementara ini (air) hanya lewat saja,” ujarnya dalam dialog Mas Ganjar Menyapa bertema “Jateng Darurat Kekeringan” di Rumah Dinas Puri Gedeh, Selasa (19/9).

Dikatakan, pemerintah sudah berupaya membuat embung. Namun, masyarakat sebenarnya juga bisa membantu menampung air dengan menabungnya. Caranya bisa bermacam-macam. Salah satunya dengan menyediakan tandon.

“Yuk kita nabung air. Nabung air itu belum kita jadikan sebuah kebiasaan. Contoh nanti sebentar lagi kalau kita masuk bulan November, itu mulai hujan. Desember sampai Januari, kita berdoa tidak banjir. Tapi dugaan kita, curah hujan akan sangat tinggi. Kalau hari ini semua bisa diantisipasi cepat-cepat membuat tempat-tempat penampungan air, maka air tidak dilepaskan menjadi banjir,” ungkap mantan anggota DPR RI itu.

Air yang sudah ditampung oleh masyarakat itu, akan sangat bermanfaat ketika musim kemarau seperti saat ini. Pemerintah Provinsi Jateng, lanjutnya, sudah menyediakan 2.000 tangki air bersih untuk menyuplai daerah-daerah yang kini kesulitan air. Seperti di Wonogiri, Banjarnegara, Banyumas dan Kebumen.

“Dalam catatan kita ada 275 kecamatan yang terdiri dari 1.254 desa di 30 kabupaten/ kota yang dilanda kekeringan. Teman-teman di kabupaten/ kota juga sudah saya minta perhatiannya untuk ngecek terus desa-desa yang kekurangan air. Kekeringan terbanyak untuk tingkat kecamatan di Kabupaten Banyumas, dan untuk tingkat desa paling banyak di Kabupaten Kebumen,” bebernya.

Ditambahkan, total jumlah kepala keluarga yang terkena dampak kekeringan sebanyak 404.201 KK atau 1,4 juta jiwa. Pihak yang harus selalu siaga untuk mengatasi persoalan kekeringan tersebut adalah para bupati/ wali kota. Ganjar sudah memerintahkan pemerintah kabupaten/ kota untuk bersiaga sejak Juni lalu dan segera melaporkan kepada BPBD Provinsi Jateng apabila membutuhkan bantuan.

Bupati Wonogiri, Joko Sutopo melalui telepon melaporkan kepada gubernur, jika wilayahnya setiap tahun mengalami kekeringan yang cukup memrihatinkan mengingat kondisi geografisnya yang memiliki karakter khusus. Terutama di wilayah Wonogiri selatan yang melingkupi lima kecamatan, yakni Brati, Paranggupito, Giriwoyo, Giritontro dan Eromoko.

“Yang sudah kami lakukan untuk jangka pendek, kami alokasikan anggaran untuk memberi bantuan air. Sedangkan jangka panjangnya, sudah dilakukan mulai 2016 lalu dengan mengalokasikan anggaran rutin untuk menginventarisasi potensi-potensi air bersih. Dalam hal ini, sungai bawah tanah akan kita angkat. Dan, 2017 ini kami sudah mengalokasikan anggaran Rp 2 miliar yang kami fokuskan untuk pengentasan air bersih di Paranggupito,” jelasnya.

Joko menyampaikan, krisis air bersih di wilayahnya hingga saat ini masih bisa diatasi. Apalagi, pemda juga menggandeng pihak-pihak yang konsen berpartisipasi mengatasi kekeringan. Seperti dari pihak perbankan dan wiraswasta.

“Dan yang lebih menggembirakan ada partisipasi dari masyarakat yang luar biasa. Ada kepekaan bersama dengan semangat gotong royong untuk mengentaskan kekeringan di wilayah selatan,” tutupnya.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait