Pergelaran Wayang, Bukan Kesenian Sembarangan

  • 05 Mar
  • bidang ikp
  • No Comments

Jakarta – Negeri Wirata sedang genting. Kencaka dan Praupakenca dari Kanoman berusaha melakukan kudeta lewat tantangan pertarungan antara jago dari Kanoman (Rajamala) dan jago Kasepuhan (Bilawa). Pertempuran berlangsung seru dan menegangkan hingga khirnya Rajamala tewas. Kencaka dan Praupakenca yang berniat menuntut balas akhirnya justru terbunuh oleh Bilawa.

Ancaman untuk Wirata belum berakhir. Duryudana dan Kurawa dibantu Raja Susarma berusaha menaklukkan Wirata lewat sebuah serangan mendadan. Akibatnya, Wirata terdesak hebat dan hampir takluk. Bahkan Prabu Matswapati berhasil ditawan. Atas upaya Bilawa dan Wirahatnala, Kurawa berhasil dipukul mundur dan Susarma akhirnya tewas.

Penggalan cerita tersebut merupakan bagian penampilan Pergelaran Wayang Orang dengan lakon Pandawa Makarti yang diselenggarakan di Panggung “Ojo Dumeh” Anjungan Jawa Tengah, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Sabtu (3/3) malam. Rintik hujan tak menghalangi antusiasme penonton untuk menyaksikan pertunjukan tersebut. Tampak dalam barisan kursi penonton, duta besar dan perwakilan negara sahabat, maupun masyarakat umum.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP pun didapuk menjadi salah satu wayang, bersama Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapppeda) Provinsi Jawa Tengah, Ir Sujarwanto Dwiatmoko MSi.

Dalam kesempatan itu, Sekda Sri Puryono menyampaikan wayang bisa dijadikan media untuk menjaring gagasan dan ide berkebudayaan maupun membentuk intelektual dan moral yang baik. Sebab wayang yang sudah digunakan sebagai media syiar sejak zaman Sunan Kalijaga tersebut, tak hanya sebagai tontonan, tapi juga sarat tuntunan dan tatanan.

“Ini yang penting. Tuntunan dan tatanan itulah yang menjadi garis lurus bagaimana anak-anak, generasi muda kita akan memahami jati dirinya sebagai orang Indonesia,” terangnya.

Untuk itu, Sri Puryono telah mengimbau Kementerian Pendidikan Nasional agar anak-anak mulai dari PAUD hingga SMA dibekali dengan kesenian tradisional yang mendidik, salah satunya wayang. Bagaimana pun, kesenian tradisional mesti diuri-uri dan diuripi.

Berkaitan dengan peringatan Hari Wayang se-Dunia pada 21 Maret mendatang, pihaknya merencanakan membuat event yang membumi dan booming. Masing-masing kabupaten/ kota pun diharapkan membuat pergelaran wayang orang atau wayang kulit, sesuai dengan karakteristik setempat.

Sementara itu, Plt Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi, menambahkan dari cerita yang disampaikan pada malam itu, ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik masyarakat. Antara lain, tidak boleh berjudi karena tidak bermanfaat dan membawa penderitaan. Selain itu, ada aspek kepahlawanan dan falsafah yang bisa diteladani.

“Sehingga (pergelaran wayang ini) tidak sembarangan kesenian, tetapi punya nilai-nilai. Mungkin ke depan perlu ada yang menjelaskan, jadi kalau ada pentas sekaligus diminta menjelaskan kepada audien. Bahkan kalau mungkin syair-syair tembangnya, termasuk bahasanya, bahasanya itu banyak yang tidak tahu,” ujarnya.

Komitmen untuk menjaga dan mengembangkan budaya, kata Heru, perlu dilakukan semua pihak, tidak terkecuali para generasi muda. Meski sekarang zaman now, tak lantas meninggalkan kekayaan kebudayaan yang dimiliki negara ini. Apalagi, Jawa Tengah merupakan pusat budaya Jawa.

“Seyogyanya semua memiliki komitmen bagaimana menjaga ini (budaya) dan mengembangkannya supaya anak muda juga tahu. Setelah tahu menyukai, setelah menyukai memetik pelajarannya dan menikmati keindahannya. Sehingga memiliki keinginan ke depannya tidak akan menghilangkan kekayaan kebudayaan yang miliki. Kita tidak perlu harus kayak (negara) barat dengan kemajuan teknologinya, karena kita punya budaya kesenian yang luar biasa,” tandas Plt Gubernur. (Ul/Fh, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait