Perempuan Tak Sekadar Berperan Ganda

  • 10 Nov
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Perempuan pekerja yang telah berkeluarga tidak hanya berperan ganda namun berperan empat. Karena yang sudah berkeluarga akan berperan sebagai istri, ibu dari anak-anaknya, anggota masyarakat, serta membantu pergerakan pembangunan. 

“Orang bijak bilang, dibalik kesuksesan para bapak ada peran perempuan yang senantiasa mendukung. Jadi jangan sepelekan perempuan, karena peran perempuan sangat penting dalam kehidupan,” ujar Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP saat memberi sambutan pada Seminar Peningkatan Kapasitas Perempuan dalam Pendidikan Anak Usia Dini di Gedung Dharma Wanita Jateng, Jumat (10/11).

Dalam seminar bertema “Peningkatan Kapasitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan Perempuan dalam Pendidikan Anak Usia Dini” tersebut, selain Sri Puryono yang juga sebagai Pembina Dewan Pengurus Daerah (DPD) Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-kanak Indonesia (GOPTKI) Jateng, hadir pula Ketua DPD GOPTKI, Dra Latifah Kustiwati, serta Ketua DPD GOPTKI Jateng Dr Rini Sri Puryono MSi, dengan peserta anggota Dharma Wanita perwakilan dari kabupaten dan kota se-Jateng.

Sri Puryono menjelaskan, pada 2045 mendatang, atau genap 100 tahun Indonesia merdeka, merupakan masa rawan. Sehingga kalau laju pertumbuhan penduduk tidak dapat dikendalikan dan kualitas sumber daya manusia tidak dapat ditingkatkan sejak sekarang, bahaya akan mengancam Bangsa Indonesia.

“Ini merupakan PR kita bersama. Jadi kecerdasan dan keberhasilan anak itu tergantung pada ibunya. Dengan adanya seminar, saya berharap betul kepada para perempuan, terutama ibu-ibu, karena perkembangan intelektual anak ditentukan dari TK hingga perguruan tinggi. Sehingga pada usia emas, anak-anak harus mendapat perhatian ibu,” bebernya.

Pada era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi informasi seperti sekarang, lanjut dia, perempuan harus lebih waspada dan meningkatkan perhatian dalam merawat dan melindungi anak-anaknya. Khususnya dari berbagai bentuk ancaman yang membahayakan tumbuh kembang anak sebagai generasi berkualitas.

Ironisnya, ungkap Sekda, tidak sedikit para ibu yang kini lebih sibuk dengan handphone atau telepon genggam, sehingga perhatian terhadap anak berkurang. Misalnya, saat asyik main HP tiba-tiba sang anak minta makan atau minum, kemudian orangtua hanya memberi mi dan minuman instan karena mengolahnya lebih cepat dan praktis agar si ibu bisa kembali bermain HP.

“Anak-anak banyak yang kurang kopen. Pulang sekolah PAUD ibunya sibuk main HP, anaknya lapar minta makan dikasih mi dan minuman instan. Setelah kenyang, si anak tetap berulah karena mencari perhatian ibunya yang sibuk main HP,” terangnya.

Selain itu, berbagai aksi membahayakan yang dilakukan anak-anak akibat kurang mendapat perhatian orangtua di tengah kecanggihan teknologi informasi. Sebagai contoh seorang anak remaja yang sibuk merakit bom di dalam kamarnya dengan belajar melalui internet.

Akibat dari berbagai pengaruh buruk, kata dia, anak-anak akan mengalami empat krisis. Yakni krisis  jatidiri, adalah sikap tidak mampu mengenali sekaligus membawa diri sendiri sebagai orang timur. Tidak mempunyai unggah-ungah, tidak memiliki tepa slira, sikap menghormati dan menghargai orang lain pun luntur.

Kemudian krisis kepercayaan dan krisis ideologi. Generasi yang mengalami krisis ideologi, lupa jika Indonesia mempunyai Pancasila sebagai dasar negara. Tidak kalah membahayakan adala krisis karakter, karena pola berfikirnya bertentangan dengan nilai budaya ketimuran, nilai kesetiakawanan, dan bertentangan dengan demokrasi serta nilai-nilai Pancasila.

Karenanya, pelajaran tentang empat piar kebangsaan kepada anak-anak sejak dini sangat penting. Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), harus ditanamkan sejak dini. Sehingga mereka mengerti budi pekerti, bagaimana menghargai dan menghormati orang lain, termasuk orangtua dan guru, serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

“Saya sangat bermimpi anak-anak kita di pendidikan PAUD atau SD, mereka sudah mengetahui bahwa mereka adalah anak Indonesia, tahu unggah-ungguh, di sekolah mengucapkan sugeng rawuh pak guru dan ibu guru, serta menghormati dan menghargai orang lain,” harapnya.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto :  Humas Jateng

Berita Terkait