Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Perempuan Jantung Keluarga
- 26 Aug
- ikp
- No Comments

SEMARANG – Pandemi virus Corona (Covid-19) tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tapi di semua bidang. Bahkan krisis pandemi kali ini diprediksi melebihi krisis ekonomi pada 1998 lalu. Karenanya, semua pihak diminta bergotong royong untuk bangkit, termasuk para perempuan.
Hal itu ditegaskan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo, saat Webinar “Gerak Perempuan di Tengah Pandemi : Peran, Kontribusi, dan Aksi”, melalui Zoom, dari Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah (Puri Gedeh), Rabu (26/8/2020). Menurutnya, Jateng Peduli Sesama seperti tema pada Hari Jadi ke-70 Provinsi Jawa Tengah, mesti mendapat dukungan banyak pihak. Perempuan dengan kecerewetannya pun memiliki modal luar biasa untuk membantu sesama.
Atikoh menunjuk contoh, keterlibatan perempuan, termasuk kader PKK, dalam Jogo Tonggo. Mereka lebih faham dengan kondisi tetangga sekitarnya, sehingga diharapkan dapat membantu warga yang membutuhkan. Begitu pula Jogo Keluarga, di mana perempuan dituntut bisa menciptakan ketahanan dalam keluarga. Termasuk, memperkuat ketahanan pangan keluarga dengan pemanfaatan lahan pekarangan, salah satunya budidaya ikan dalam ember dengan ditumpangi sayuran.
“Jogo Pasar, perempuan juga berperan penting, agar perekonomian tetap berjalan, tapi masyarakat tetap aman. Caranya, dengan menjalankan protokol kesehatan ketika berbelanja di pasar, baik menggunakan masker, mencuci tangan pakai sabun, maupun menjaga jarak. Kita perlu terus mengedukasi warga,” bebernya.
Di tempat kerja, kata Atikoh, perempuan mesti Jogo Lingkungan Kerja. Tetap produktif, dan terus memperhatikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Pasalnya, terkadang orang merasa teman di kantor itu sehat semua, sehingga terkadang mereka lupa menjaga jarak, berkerumun, dan sebagainya.
Namun, pandemi tak hanya berdampak negatif, tapi ada pula dampak positifnya. Masyarakat menjadi lebih sadar menjaga kesehatan, dengan asupan makanan bergizi, olahraga, bahkan muncul gerakan urban farming untuk pemenuhan sayuran sendiri. Penggunaan teknologi informasi juga meningkat, terutama untuk bisnis. Pandemi Corona yang memaksa orang lebih banyak di rumah, berdampak mempererat hubungan yang semakin dekat antara anggota keluarga.
“Yang perlu diperhatikan, setiap kita punya andil, dan modal terkuatnya adalah gotong royong dan disiplin,” tandas Atikoh.
Hal senada disampaikan praktisi kesehatan dr Nindya Pratita. Istri Komandan Kodim 0735/Surakarta Letkol Inf Wiyata Sempana ini menekankan agar perempuan tidak menyerah dengan kondisi sekarang. Mereka justru dituntut memiliki mental yang lebih kuat. Sebab menurutnya, perempuan yang ditakdirkan multitasking adalah jantung keluarga, nyawanya keluarga.
“Bayangkan kalau seorang ibu sakit. Anak tidak ada yang mengurus, suami akan kerepotan, rumah akan goyah. Karenanya, perempuan harus kuat. Tanamkan afirmasi positif dalam diri, kita punya anak, punya suami, sehingga seorang ibu tidak boleh sakit. Dengan menjaga diri sendiri, kita pun akan menjaga keluarga dan orang di sekeliling kita dengan saling mengingatkan,” ujarnya.
Ditambahkan, untuk menjaga kesehatan mental, perempuan memerlukan me time, sesuai dengan hobi masing-masing. Mereka yang suka memasak, bisa memasak bareng anak, atau menikmati hobi lainnya. Perempuan juga bisa menjalin kebersamaan keluarga, dengan mengajak anak membereskan rumah, menyapu, dan lain-lain. Dengan begitu, anak juga akan berlatih kecakapan hidup. (Ul, Diskominfo Jateng)