Perbedaan Jangan Jadi Sumber Perpecahan

  • 26 May
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Karnaval Kirab Dugderan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Semarang dan sekitarnya. Seperti kirab dugderan yang berlangsung, Kamis (25/5), di mana animo masyarakat untuk menyaksikan tradisi tahunan ini tidak pernah surut. Ribuan masyarakat rela berpanas-panasan hanya demi menyaksikan arak-arakan yang diikuti oleh belasan ribu peserta.

Diawali dari Halaman Kantor Balai Kota Semarang, kirab menempuh rute  Jalan Pemuda hingga Jalan Kolonel Sugiyono, kemudian menuju Masjid Agung Semarang (Kauman) dan berakhir di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dan Wakil Walikota Hevearita Gunaryanti Rahayu berserta jajaran Pemkot Semarang diarak menggunakan kereta kencana. Tak lupa maskot Warak Ngendog juga ikut menyertai berkeliling kota.

Berbagai atraksi dari perwakilan 16 kecamatan, organisasi kemasyarakatan, sekolah, pondok pesantren, perhotelan, dan berbagai komunitas di Kota Semarang memeriahkan acara tersebut. Mulai dari drum band, berbagai tarian dan kostum unik, hingga barongsai.

Di MAJT yang menjadi tujuan akhir karnaval, dilakukan prosesi penyerahan suhuf halqah kepada Gubernur Jateng, diwakili Sekda Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP, yang memerankan Raden Mas Tumenggung Probohadikusumo.

Dalam sambutannya yang dibacakan oleh Sekda Sri Puryono, Gubernur Ganjar mengatakan tradisi dugderan ini tidak hanya menjadi tradisi tahunan untuk mengingatkan warga akan datangnya bulan suci Ramadhan namun juga sebagai salah satu destinasi wisata dan hiburan bagi warga Kota Semarang. Karenanya tradisi ini harus terus dilestarikan agar tidak hilang oleh kemajuan zaman.

“Dugderan ini tidak hanya mengingatkan kita akan datangnya Bulan Ramadhan tapi juga salah satu bagian parawisata dan hiburan bagi warga. Sehingga harus terus dilestarikan,” katanya.

Warga juga dihimbau untuk menunggu keputusan pemerintah terkait awal Bulan Ramadhan, agar tidak ada perbedaan waktu awal ibadah puasa. Namun, jika nantinya ada perbedaan jangan sampai menjadi sumber perpecahan dan keresahan umat. Umat islam di Jawa Tengah khususnya di Semarang juga diharapkan terus menjalin kebersamaan dan keguyuban agar dapat menciptakan suasana kondusif meski ada perbedaan penetapan awal Bulan Ramadhan.

Prosesi tradisi Dugderan ini ditutup dengan pembacaan suhuf halqah oleh Sekda Sri Puryono dan dilanjutkan dengan pemukulan bedug dan bunyi suara meriam.

 

Reporter : Kh, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait