Perawat Juga Pejuang dan Penjaga NKRI

  • 12 May
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Perawat adalah tokoh sentral dalam memberikan pelayanan kesehatan. Mereka punya peran penting mulai dari upaya preventif, promotif, kuratif, hingga rehabilitatif.

Saat memeringati Hari Perawat Internasional tingkat Jawa Tengah, di Marina Convention Hall, Sabtu (12/5), Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah, Edy Wuryanto berpandangan pemerintah berhasil mengimplementasikan sistem Jaminan Kesehatan Nasional. Sayangnya, masih terfokus pada kuratif dan kurang memperhatikan upaya promotif, preventif dan rehabilitatif yang sesungguhnya menjadi inti dari sistem jaminan kesehatan itu. Akibatnya, rumah sakit penuh, antrean di puskesmas panjang, dan biaya kesehatan tinggi. Para perawat pun dituntut melayani pasien lebih banyak.

“Masyarakat harus diajarkan bagaimana mereka berdikari dalam bidang kesehatan. Mulai dari mengenali masalah kesehatannya, dan mampu ambil keputusan tepat untuk masalah kesehatannya sendiri, mengambil langkah yang terbaik untuk kesehatannya sendiri. Dalam posisi ini perawat adalah pendamping bagi pasien dan keluarga agar mereka berdikari dalam program kesehatan,” urai dia.

Di tengah pentingnya peran perawat dalam pembangunan kesehatan, lanjut Edy, mereka juga berharap pemerintah bisa memberi perhatian dengan meningkatkan kualitas dan status kerja yang berkeadilan bagi perawat Indonesia. Apalagi, sekarang ini, jumlah perawat dan pasien yang ditangani, tidak sebanding.

“Jika dibandingkan dengan negara tetangga Thailand, rasionya 400 (perawat) per 100 ribu penduduk. Dengan standar WHO, 445 (perawat) per 100 ribu jumlah penduduk,” ungkap dia.

Pihaknya berharap, para perawat yang statusnya masih belum ASN, bisa diangkat sebagai ASN karena ditilik dari jumlah kebutuhannya hal itu memungkinkan. Apabila masih terganjal dengan peraturan undang-undang ASN, Edy meminta agar dilakukan revisi.

Plt Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi mengakui perawat menjadi penggerak pembangunan kesehatan di masyarakat. Heru mencontohkan, perawat yang aktif dalam kegiatan posyandu. Mereka menyosialisasikan upaya-upaya menekan angka kematian ibu melahirkan dan angka kematian bayi. Mereka juga berupaya memberikan informasi stop pernikahan dini.

“Pemprov Jateng dan pemerintah kabupaten/ kota menyampaikan terima kasih atas kerja ikhlas para perawat. Mereka bekerja luar biasa. Mereka ikut berpikir bagaimana agar generasi muda tidak menikah dini. Mereka juga aktif di posyandu. Bagaimana ibu hamil kecukupan gizi. Seperti tadi disampaikan, tidak hanya kuratif, tapi juga preventif, promotif dan rehabilitatif,” kata dia.

Presiden RI kelima, Megawati Soekarno Putri yang memberikan orasi ilmiahnya menyampaikan, dunia memandang perawat sebagai salah satu agen perubahan yang dapat meningkatkan akses rakyat terhadap hak asasi kesehatan. Karena itu, dia berpendapat, suara perawat harus didengar sebagai bagian untuk memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia.

“Tentu saja bicara kesehatan tidak terlepas dari mereka yang disebut tenaga kesehatan, yang salah satunya perawat. Nasib kesehatan rakyat, ada antara lain di tangan mereka. Dari promotif, preventif, kuratif, hingga rehabilitatif. Tidak mungkin jalan tanpa tenaga kesehatan,” ucapnya.

Tenaga kesehatan tentu tidak saja mereka yang bertugas di kota. Tapi juga mereka yang bertugas di pulau-pulau terluar, terpencil, termasuk daerah yang mengalami isolasi geografis. Sebab itu, tenaga kesehatan sesungguhnya bukan hanya pekerja pelayanan publik. Namun, mereka juga pejuang dan penjaga NKRI.

“Ketika saat ini kesehatan dianggap sebagai hal krusial bagi keberlangsungan hidup tiap bangsa, maka kesehatan diposisikan sebagai bagian yang tidak bisa dipisahkan dari isu pertahanan dan ketahanan suatu negara,” tutup Mega.

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor: Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait