Penta Helix, Sinergi Atasi Persoalan Bangsa

  • 21 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Bencana alam yang menimpa negeri ini beberapa waktu terakhir, seperti gempa di Lombok, Palu dan Donggala tidak menjadi duka bagi warga setempat maupun masyarakat Indonesia. Namun, di balik bencana tersebut, solidaritas masyarakat justru menguat.
“Apa yang terjadi pasti ada hikmahnya. Kita tetap tenang, Insya Allah semua ada jalannya. Para kepala daerah menunjukkan empatinya, bagaimana jika bencana itu menimpa daerah kita. Ini wujud kegotongroyongan dan nilai kebhinnekaan muncul secara spontan,” terang Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP saat menjadi narasumber dialog bertajuk “Solidaritas untuk Bangsa” di Studio TVRI, Kamis malam (18/10).
Sekda menjelaskan, wujud solidaritas yang nyata adalah didirikannya Kampung Jateng pasca bencana, baik di Nusa Tenggara Barat maupun di Sulawesi Tengah. Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP pun meninjau langsung kondisi para korban dan menyerahkan bantuan yang dihimpun dari warga Jawa Tengah.
“Sulawesi Tengah ada Kampung Jateng.  Di NTB pun begitu. Kemarin Pak Gubernur ke sana untuk menenangkan masyarakat. Kalau masyarakat diuji lulus, maka mereka naik kelas,” lanjutnya.
Mantan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah itu berpendapat, pendekatan penta helix diperlukan untuk mengatasi persoalan bangsa. Pendekatan tersebut merupakan wujud sinergi antara pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, komunitas, dan media.
“Pada era sekarang kita gunakan pendekatan penta helix, yang mencakup akademisi, pemerintah, pelaku bisnis, community, dan media. Kalau lima ini bergerak sinergi, tidak ada persoalan bangsa yang tidak selesai, asal kita bahu-membahu,” ujarnya.
Sri Puryono juga menekankan arti penting berpikir positif bagi masyarakat. Dengan berpikir positif, masyarakat akan fokus pada upaya mencari solusi ketika terjadi persoalan, bukan saling menyalahkan.
Pihaknya mencontohkan, pesta demokrasi yang akan digelar pada tahun depan, memerlukan dukungan segenap elemen masyarakat. Mereka yang berpikir positif, tentunya tidak akan mencaci maki, menyebar berita bohong (hoaks) atau melakukan kampanye hitam. Sri Puryono menuturkan, penyelenggaraan Pilgub Jateng 2018 menjadi contoh sukses perhelatan pesta demokrasi karena berlangsung secara becik tur nyenengke, sesuai slogan KPU Jateng.
“Kita coba mendidik berpikir positif. Kalau kita berfikir positif, tidak mungkin ada saling menghujat, kampanye hitam, apalagi berita hoax. Kita ini negara ber-Pancasila,” tegasnya.
Senada dengan Sri Puryono, Direktur Program dan Produksi LPP RRI Sulaiman Yusuf mengatakan, kiprah media untuk membangun pemikiran positif masyarakat, dilakukan dengan memublikasikan berita yang akurat dan berimbang. Karena insan pers sudah semestinya menjunjung kode etik jurnalistik.
“Berita buruk itu dua kali lebih cepat menyebar kepada masyarakat daripada berita baik. Kalau istilah di media itu bad news is a good news. Sekarang terbalik, orang justru ingin sekali mendengarkan berita baik yang melihat dari sisi-sisi positif. Media yang bombastis dan menyudutkan orang itu sudah tidak laku,” pungkasnya.
Penulis : Ar, Humas Jateng
Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait