Pengalaman dari Jambore Dunia di Virginia akan Diadopsi Jateng

  • 15 Aug
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Jambore Pramuka Dunia ke-24 di Virgina Barat, Amerika Serikat 23 Juli hingga 2 Agustus lalu membawa banyak catatan untuk dapat di adopsi oleh Pramuka Kwarda Jateng yang diketuai oleh Siti Atikoh Ganjar Pranowo.

Kehadiran Atikoh ke Amerika juga menengok dua anggota pramuka asal Jateng, Zerlina Prima Putri Adisti dan Anggita Yunia Nugraheni, siswa SMA Negeri 1 Purworejo yang turut serta dalam kegiatan itu setelah dipilih oleh Kwarnas.
Menurut Atikoh, Jambore itu selain menjadi ajang pertemuan para pandu dari seluruh dunia, juga menjadi tempat paling bahagia karena mereka bisa saling tukar informasi, sharing kegiatan di masing-masing negara.

“Jambore Dunia di Virginia Barat yang merupakan kawasan desa dikelelingi hutan kalau di Indonesia, benar-benar mengasyikkan. Selain fund rising, juga diskusi masalah lingkungan, masalah global. Ini sekaligus menjadi contoh, bahwa Jambore itu bukan lomba antar kontingen, antar Kwarda, Kwarcab, maupun barung. Kita akan adopsi konsep itu,” paparnya.

Dijelaskan, pelibatan masyarakat sekitar maupun senior di arena Jambore Dunia juga bisa diadopsi. Hubungan antara negara pun benar-benar terjadi. Bahkan, ketika Indonesia menampilkan musik Sasando, yang ternyata bisa menjadi semacam alat diplomasi antarnegara. Mereka sangat mengaguminya. Dan, musik pun menurut Atikoh, menjadi menjadi bahasa cinta yang universal meski tidak ada syairnya.

Tukar menukar cinderamata dan makanan pun menjadi pemandangan menarik dan seolah menjadi sekumpulan besar keluarga. Yang lebih membuat terharu, saat kontingen Indonesia di Bandara Virginia. Para petugas pun langsung berkomentar, “kamu scout ya?”

“Saya juga mendapat cerita. Kalau ada orang membantu misalnya menyeberangkan orang di jalan, atau membantu difabel, mereka menyebutnya pasti anggota Scout. Pembentukan karakter pramuka disana sudah mendunia,” jelasnya.

Karena dari sisi keanggotaan Indonesia itu tertinggi jumlahnya, Atikoh berharap disamping kuantitas, kualitas anggota Pramuka menjadi terbaik. Sehingga, Jambore Dunia itu dapat menjadi pembelajaran yang luar biasa.

Jambore pun ditutup oleh Ahmed Alhendawi, Sekjen World Organization Scout Movement (WOSM) dan Ban Ki Mun mantan Sekjen PBB dari Korea Selatan, Kamis (1/8/2019) lalu. Dalam sambutannya, Ban Ki Mun mengingatkan kepada peserta Jambore Dunia akan tiga hal penting, yakni, Pramuka sebagai Global Citizen, Pramuka sebagai pelaksana Sustainable Development Goals (SDGs), dan melaksanakan Paris Climate Change Agreement.

Di akhir sambutannya, ia berpesan bahwa apa yang menjadi pengalaman di kepramukaan untuk dapat diwujudkan, sehingga tercapai dunia lebih baik (creating a better world) sebagaimana slogan world scouting.

Sementara itu, Ahmed Alhendawi dalam sambutannya menegaskan bahwa dalam jambore dunia ini, semua telah membangun sebuah kota yang didirikan atas dasar persatuan dan pengertian.

“Anda benar-benar memberikan contoh bagaimana seharusnya dunia di luar sana,” tegasnya.

Dalam penutupan itu, Korea Selatan secara resmi menerima bendera WOSM dari Boy Scout of America, Scout Canada, dan Scout Mexico, yang akan menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan Jambore Dunia ke-25 tahun 2023 mendatang.

Jambore yang berlangsung 12 hari itu dihadiri 46.000 pramuka dari 150 negara yang berkumpul di Summit Bechtel Reserve, Mount Hope, West Virginia, United States dan bersama-sama menunjukkan kepada dunia, bagaimana setiap orang bisa hidup damai dan harmoni. (Humas Jateng)

 

Berita Terkait