Pemimpin Jangan Minim Inovasi dan Pelit Tularkan Ilmu

  • 05 Nov
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Ukuran keberhasilan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan (Diklatpim) bukan sekadar ditentukan dari selesai pelaksanaannya, melainkan sejauhmana proyek perubahan tersebut mampu diterapkan secara baik dan membawa energi positif di lingkungan kerja masing-masing.

“Seluruh peserta Diklatpim jangan pelit, tularkan ilmunya kepada rekan-rekan di lingkungan kerja sehingga tercipta inovasi-inovasi agar mampu memberikan layanan terbaik kepada masyarakat,” ujar Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen usai memberikan pengarahan pada upacara penutupan Diklatpim Tingkat II Angkatan XIX Provinsi Jateng 2018, di Gedung Sasana Widya Pradja Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Jateng, Senin (5/11).

Hadir dalam kegiatan tersebut Deputi Kebijakan LAN Dr Muhamad Taufiq DEA, Plt Kapus Pengembangan Kompetensi Kepamongprajaan dan Manajemen Kepemimpinan Dra Erliani Budi Lestari MSi, Walikota Tegal Drs Nursholeh, serta Plt Kepala BPSDMD Provinsi Jawa Tengah Riena Retnaningrum SH.

Pria yang akrab disapa Gus Yasin ini mengatakan, peserta Diklatpim II angkatan XIX yang berjumlah 51 orang  itu, harus mengetahui sebagai pemimpin kelak akan ditanyai pertanggungjawaban kepemimpinanya. Untuk itu harus memberi contoh baik kepada masyarakat, jika memimpin adalah untuk mengabdikan diri kepada masyarakat.

“Ini yang penting. Saya berharap kepada masyarakat, untuk peserta Diklatpim, ayo kita bareng-bareng melaksanakan niat untuk berkiprah memajukan masyarakat dan negara,” katanya.

Sementara itu, Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo SH MIP dalam sambutan tertulis yang dibacakan Wakil Gubernur meminta seluruh peserta Diklatpim harus siap menjadi aktor perubahan. Sebagai aktor, dituntut siap tampil di depan untuk memberi warna dan mengatasi persoalan yang menghambat produktivitas kerja birokrasi.

Sebagai pemimpin, lanjutnya, harus bisa memberikan teladan bagi yang dipimpinnya. Dari kepemimpinan yang kuat dan berintegritas, akan mampu melahirkan sistem yang baik dan jejaring kuat, penuh dedikasi serta loyalitas tinggi terhadap pelaksanaan tugas dan pengabdian untuk masyarakat, bangsa maupun negara.

“Memang aturan harus ditegakkan. Saya 100%, bahkan 1000% setuju. Tapi kemudian tidak harus membuat kaku tetapi tetap bisa luwes dalam berkreasi untuk mempercepat pelayanan publik yang mudah,” tandas gubernur.

Menurutnya, ada inovasi-inovasi agar mampu memberikan layanan terbaik kepada masyarakat. Itu harus diapresiasi dan didukung penuh. Atau kemudian dalam meraih predikat WTP, semua bersemangat untuk bergerak meraihnya. Tentu ini juga luar biasa dan harus diapresiasi.

“Seorang pemimpin juga harus menjadi seorang pembelajar. Belajar melihat ke belakang untuk menjadi seorang yang tahu diri atas segala kekurangan, dan menatap ke depan untuk membawa perubahan. Jadi pemimpin itu mesti adaptif pada perubahan,” imbuhnya.

Deputi Kebijakan LAN Muhamad Taufiq mengapresiasi BPSDM Jateng atas berbagai inovasi dan kreativitasnya yang dimotori oleh para widyaiaswara. Selain itu juga apresiasi terhadap inisiatif Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo mengenai sistem corporate university yang direspon cepat dan ditindaklanjuti oleh BPSDMD.

Ia mengatakan, setiap kabupaten dan kota wajib mengalokasikan anggaran untuk pengembangan sumberdaya manusia. Hal itu telah ditindaklanjuti dengan strategi  pembelajaran yang berbeda. Artinya tidak sekadar diklat namun juga simulasi dan lainnya.

“Diklat bukan satu-satunya cara efektif untuk mengembangkan kompetensi tetapi merupakan bagian dari skenario pembelajaran,” katanya.

Menurutnya, persentase paling besar adalah pembelajaran di tempat kerja. Sehingga corporate university itu bukan BPSDMD menjadi corporate university tetapi sebagai operatornya atau koordinator proses pembelajaran yang ada di tempat kerja. Persentase diklat bisa dikatakan hanya 10 persen, sedangkan lainnya akan dilakukan di tempat kerja masing-masing.

“Inilah yang disebut sistem corporate university. Para peserta Diklatpim II angkatan XIX ini punya tanggung jawab sesuai dengan standar kompetensi. Setiap pimpinan adalah mengembangkan diri dan orang lain,” bebernya.

Ditambahkan, para pimpinan tidak bertanggung jawab memintarkan diri sendiri, tetapi pandai bersama-sama. Ditutupnya diklat pun tidak berarti tugas dan pembelajaran selesai, tetapi merupakan bagian dari jangka pendek. Sedangkan jangka menengah dan panjangnya membikin yang lain cerdas, mengembangkan kompetensi staf dan stakeholder, maupun mengedukasi bagaimana membangun pemerintahan yang melayani dan berkinerja tinggi.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait