Pemasaran “Online” Untungkan Pelaku UMKM

  • 15 Aug
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Profil bisnis di Jawa Tengah didominasi oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hasil Sensus Ekonomi tahap pertama yang diprakarsai oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah beberapa waktu lalu menunjukkan setidaknya ada 14,3 juta (98,98 persen) pelaku UMKM. Sedangkan 42,5 ribu (1,02 persen) adalah pelaku usaha skala menengah dan besar (UMB).

“Kalau mencermati hasil sensus ekonomi tersebut memang sejatinya UMKM yang jadi pondasi ekonomi Jateng,” terang Kepala BPS Jateng Dr Margo Yuwono SSi MSi saat menjadi salah seorang narasumber pada dialog Gayeng Bareng Gubernur Jateng di Studio TVRI Jateng, Senin (14/8).

Deputi Kepala Kantor Wilayah Bank Indonesia Jawa Tengah Rahmat Dwi Saputra membeberkan berdasarkan hasil riset yang diprakarsai instansinya, diketahui meski jumlah pelaku UMKM Jateng terbilang banyak, namun mereka belum sepenuhnya meraih kesuksesan saat memasarkan produk. Pasalnya, dalam rantai distribusi pemasaran, pengepul yang justru memeroleh laba lebih banyak daripada produsen karena turut memasarkan produk UMKM.

“Kami melakukan kajian tentang rantai distribusi pemasaran. Kalau kita lihat, ada tujuh hal yang kita sinyalir dalam rantai distribusi pemasaran. Mulai dari produsen sampai konsumen. Di tengah-tengahnya ada pengepul, supplier besar, distributor besar, dan pedagang grosir. Ternyata pengambil keuntungan terbesar adalah di level pengepul,” bebernya.

Melalui hasil riset tersebut, Rahmat menyarankan agar pelaku UMKM tidak mengembangkan usaha secara individual, melainkan berkelompok atau membangun koperasi. Penguatan kelembagaan bagi pelaku UMKM itu diharapkan mampu meningkatkan daya tawar mereka. Sehingga mereka bisa memperluas pemasaran tanpa melibatkan pengepul. Yakni melalui pemasaran online menggunakan teknologi informasi.

“Bagaimana meningkatkan bargaining power produsen adalah jangan mereka berusaha secara individual karena skala ekonomi mereka pasti rendah. Biaya mereka untuk membeli bahan baku dan biaya untuk memasarkan akan sangat mahal. Sehingga mereka butuh pengepul. Kalau mereka bisa bersatu dalam bentuk kelompok atau koperasi maka daya tawar mereka akan tinggi. Sehingga biaya produksi mereka juga lebih rendah. Mereka juga bisa melakukan tawaran ke supermarket tanpa melalui pengepul secara online,” jelasnya.

Selaras dengan saran yang disampaikan oleh BI, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah Drs Ema Rahmawati MHum mengungkapkan, pihaknya akan melaunching e-commerce “Sadewa Market” yang menjadi wadah pemasaran online produk-produk UMKM. Para pelaku UMKM pun gencar diberikan pelatihan dan pendampingan agar terampil mengaplikasikan e-commerce tersebut.

“Kami akan me-launching cyber UMKM. Ini jadi rumahnya para pelaku UMKM. Juga ada pendampingan bagaimana pelaku UMKM meng-online-kan produk mereka dan mereka juga diajari cara berpameran,” ungkap wanita berhijab itu.

Ema mengacungi jempol pelaku UMKM yang antusias memanfaatkan teknologi informasi untuk memasarkan online produk-produknya. Seperti yang dilakukan oleh pelaku UMKM asal Pati, Ning Zhullya. Dia memasarkan kudapan kreasinya “stik sayur” melalui media sosial dan e-commerce.

“Saya produksi stik sayur. Kalau biasanya stik hanya menggunakan campuran seledri, kali ini saya inovasi dengan kombinasi brokoli, wortel, cabai, jagung. Saya pasarkan online pakai facebook, IG, WA, BBM, dan bukalapak. Awalnya memang pemasaran online, lalu saya tawarkan juga secara offline ke toko-toko,” tutur Ning Zhullya.

Ning membeberkan, untuk pemasaran online dirinya menerapkan sistem minimal order untuk meningkatkan penjualan. Untuk membeli produknya secara online, konsumen harus memesan paling sedikit 25 bungkus stik sayur.

“Kalau beli online saya pakai minimal order 25 bungkus nanti ada bonus produk satu bungkus dan tester sehingga mereka lebih loyal dengan produk kita. Pasar kami cenderung ke Jawa Barat karena daya tawar mereka lebih tinggi,” tambahnya.

Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP sebagai pembawa acara merasa optimistis pelaku UMKM di Jateng dapat terus melebarkan sayap bisnisnya. Karena mereka sudah dibekali pelatihan dan pendampingan. Akses modal pun semakin mudah dengan adanya program kredit Mitra 25 dari Bank Jateng.

“Kalau pelaku UMKM punya pengetahuan, akses modalnya ada, pendampingan juga ada maka produk-produk UMKM akan jadi luar biasa. Produk-produk ini kita fasilitasi untuk didorong agar pasarnya tidak hanya lokal, tapi juga bisa nasional bahkan internasional,” pungkasnya.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait