Pancasila, Pegangan yang Tidak Bisa Diutik-utik

  • 06 Jul
  • bidang ikp
  • No Comments

Kendal – Lahirnya Pancasila sebagai ideologi bangsa dan dasar negara, merupakan investasi mahal dari para “bidan” bangsa yang telah melahirkan Indonesia.  Proses lahirnya yang melalui perenungan, dan pergulatan pemikiran dari para pendiri bangsa, harus selalu diingat, dan dipahami rohnya.

“Menjadi tugas kita yang berikutnya, untuk merawat, mempertahankan, sampai akhir zaman. Itu yang mesti kita jaga, begitu bicara soal Pancasila. Ini menjadi pegangan yang tidak bisa diutik-utik. Kita bicara NKRI, itu harga mati,” tandas Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP saat memberi sambutan pada acara Halalbihalal Keluarga Besar Pemuda Pancasila di alun-alun Kabupaten Kendal, Kamis (5/7).

Mengapa NKRI harga mati? Ganjar lantas membuka ingatan kepada semua yang hadir, Indonesia pernah memilih bentuk negara serikat/ federal pada Desember 1949, sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar (Republik Indonesaia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda). Namun, itu tidak berlangsung lama. Kurang dari satu tahun, yakni pada 1950, Indonesia kembali lagi menjadi negara kesatuan.

“Maka ketika mau berbentuk negara kesatuan, atau federal, sudah pernah diuji coba. Semua ada plus minusnya. Tapi hari ini kita memilih negara kesatuan yang patut kita jaga,” ajaknya

Sebelumnya, Gubernur Ganjar Pranowo bersilaturahmi Pondok Pesantren MDW NU 01 Syafi’iyah Salafiyyah Gebanganom Wetan Kendal. Dia menyampaikan terima kasih kepada kalangan pesantren yang turut berpartisipasi dalam menciptakan suasana kondusif saat pilkada berlangsung, pada 27 Juni lalu. Bahkan Jateng dinyatakan sebagai provinsi yang sangat aman dalam penyelenggaraan pilkada.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait