Olahraga Harus Jadi Ajang Perkuat Bangsa

  • 08 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

Surakarta – Stadion Sriwedari Minggu siang (7/10) tampak gegap gempita. Ribuan santri hadir mendukung dua kubu kesebelasan, yakni Kalimantan I dan Jawa Barat I, yang bertanding pada Final Liga Santri Nusantara (LSN) 2018.

Kedua tim berasal dari Pondok Pesantren Nurul Khairat Lil Mukhibin Balikpapan dan Pondok Pesantren Nurul Fajri Majalengka. Mars Ya Lal Wathon tak luput dilantunkan untuk memotivasi para pemain yang berlaga di lapangan hijau.

Ketua LSN KH Abdul Ghaffar Rozin menuturkan, final LSN 2018 dirasa istimewa karena mempertandingkan kesebelasan dari Jawa dan luar Jawa yang baru kali pertama ini berlangsung. Dia juga membeberkan, selama penyelenggaraan pertandingan tiga tahun berturut-turut, jumlah pesantren yang berkompetisi dalam LSN terus bertambah.

“Liga santri yang pertama diikuti oleh 280 peserta. Liga santri pada tahun 2016 diikuti oleh 830 peserta. Tahun kemarin diikuti oleh 1.024 peserta, dan tahun ini diikuti oleh 1.048 pesantren dari seluruh nusantara,” bebernya.

Tak hanya menambah jumlah peserta, Abdul yang juga menjabat sebagai Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (PP-RMI) PBNU itu berkomitmen, kualitas LSN ke depan senantiasa ditingkatkan.

“Ini tahun ketiga menyelenggarakan Liga Santri Nusantara dan menjadi kewajiban kita semua untuk senantiasa meningkatkan kualitasnya. Tidak hanya meningkatkan jumlah peserta, tetapi juga meningkatkan kualitas kompetisinya,” tandasnya.

Deputi III Bidang Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga Dr Raden Isnanta MPd menyampaikan apresiasi kepada RMI yang telah sukses menyelenggarakan LSN. Sekaligus memberikan contoh bahwa pertandingan sepak bola dapat berlangsung aman dan kondusif.

“Terima kasih kepada RMI yang sukses menggelar pertandingan demi pertandingan. Sukses memberikan contoh bagaimana memenej sepak bola yang tidak ada kegaduhan, tidak ada kekerasan, tidak ada lagi pengaturan-pengaturan apapun yang mencederai nilai-nilai sportivitas sepak bola dan olahraga pada umumnya,” ucapnya.

Senada dengan Isnanta, Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen mengapresiasi tingginya animo masyarakat untuk menyaksikan LSN. Mantan anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah itu menegaskan, olahraga harus menjadi ajang untuk memperkuat rasa kebangsaan, bukan sebaliknya menjadi pemicu tercerai berainya kerukunan dan kedamaian antar masyarakat. Menurutnya, liga santri telah memberikan contoh bagaimana menggulirkan roda kompetisi yang baik.

Tim yang berlaga diharapkan mampu menjujung sportivitas tinggi, termasuk penonton selalu siap memberikan dukungan dengan sangat dewasa. Menang menjadi kebanggaan, namun kalau timnya kalah juga dapat menerima.

Putra kiai karismatik Maimoen Zubair itu juga bangga karena liga santri mampu melahirkan pesepak bola hebat, yang kemudian mampu bermain di Liga Indonesia atau bahkan masuk skuad timnas. Sebagai contoh, Muhammad Rafli Mursalim yang bergabung sebagai striker dalam Timnas U-19. Sebelumnya, Rafli pernah menjadi Top Skor LSN 2016.

“Melalui Liga Santri 2018 ini kita harapkan semakin banyak lahir pesepak bola muda handal berbakat yang akan mampu membela timnas di berbagai kelompok usia dan berprestasi di tingkat internasional. Melalui liga santri kita kokohkan semangat persaudaraan antar santri dan pesantren serta meningkatkan nilai-nilai sportivitas dan kejujuran dalam banyak hal,” pungkasnya.

Pada pertandingan itu, tim Kalimantan I dari Pondok Pesantren Nurul Khairat Lil Mukhibin Balikpapan menjadi jawara Liga Santri Nasional 2018. Kesebelasan tersebut memperoleh piala, medali, dan uang pembinaan sebesar Rp150 juta setelah berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 2-1.

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor: Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait