Nobar, Tingkatkan Keguyuban Masyarakat

  • 14 Mar
  • bidang ikp
  • No Comments

Brebes – Malam semakin pekat, namun terlihat warga berduyun-duyun memadati halaman Balai Desa Wanatawang, Kecamatan Songgom, Kabupaten Brebes, Selasa (13/3). Bukan hendak berdemonstrasi, bukan pula kondangan. Mereka datang untuk Nonton Bareng dan menyaksikan pertunjukan dari Forum Koordinasi Media Tradisional (FK Metra) Kabupaten Brebes.

Sejumlah penjual pun menggelar dagangan di sepanjang jalan menuju balai desa. Dari penjual makanan hingga mainan anak. Mereka berupaya meraup rezeki dari gelaran malam itu.

Di sudut panggung terlihat sesaji yang diletakkan di atas tampah. Seperti, kopi hitam pahit, kopi hitam manis, air putih, teh manis, teh tawar, ayam bakar, tujuh jenis pisang, tujuh jenis jajan pasar, tujuh jenis buah-buahan, tembakau, dan sebagainya. Tak berapa lama, aroma kemenyan mulai tercium. Seorang wanita yang menjadi “pawang” naik ke atas panggung dan membacakan mantra-mantra.

Kemudian seorang anak gadis duduk bersila dengan tangan yang diikat ke belakang oleh sang pawang. Di pangkuannya diletakan seperangkat pakaian, sanggul, cermin kecil. Selanjutnya, gadis kecil tersebut dimasukan ke dalam kurungan ayam yang ditutupi kain hijau. Kemenyan yang dibakar di atas tungku terus dikipas, dan diputar-putar di atas kurungan ayam.

Sekitar hampir satu jam kurungan dibuka, penonton dibuat takjub dengan munculnya seorang gadis cantik dari dalam kurungan. Ya, gadis yang tadinya dikurung dalam keadaan terikat dengan baju rumahan dan tanpa make up sudah berganti baju, berdandan lengkap dengan konde dan hiasan melati di kepala serta menggunakan kacamata hitam, dengan tangan yang masih terikat di belakang. Setelah tali dilepas oleh sang pawang, sintren menari dengan gemulai di alam bawah sadarnya.

Konon, saat menari sintren  sedang dirasuki roh bidadari. Jika di sawer dengan uang yang dibungkus dengan sapu tangan, selendang atau kain lainnya dengan cara dilemparkan mengenai badannya, pesintren akan menjadi lemas. Akan menjadi kuat serta dapat menari lagi jika diberi aroma kemenyan. Banyak masyarakat yang antusias melempar saputangan, jaket, topi bahkan sarungnya ke sintren.

Kemudian seorang remaja cowok naik panggung dan dimantrai sehingga juga ikut menari di bawah sadarnya. Mereka berdua menari bersama dengan gerakan yang gemulai. Tidak lama, kedua penari tersebut turun panggung, menemui masyarakat dan mengedarkan bakul untuk uang saweran.

Setelah kembali ke atas panggung, sebuah nampan kosong dimasukan ke dalam kurungan bersama sintren, setelah dibuka nampan tersebut berisi bunga melati. Konon bunga melati yang tersebut dipercaya bisa untuk pengobatan, penglaris dan yang berminat bisa membeli.

Masyarakat Desa Wanatawang yang hadir sangat tertarik dengan pertunjukan yang diselenggarakan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan Dinas Kominfotik Kabupaten Brebes. Banyak yang ikut terlibat dengan memberi sawer, bahkan berebutan ke depan panggung untuk “membeli” melati. Di samping itu, dengan kegiatan ini juga ikut mengerakkan perekonomian warga sekitar, yaitu dengan adanya pasar tiban di sekitar lokasi.

Di sela-sela tarian, salah satu pemain dari FK Metra membuat geger penonton dengan menaruh rokok menyala di hidung. Dia menghisap rokok dari hidung dan mengeluarkan asapnya dari mulut. Hal itu membuat temannya marah dan mengingatkan jika merokok merusak kesehatan. Apalagi di depan publik, di mana banyak anak kecil yang menonton.

Pesan itu sengaja disampaikan dengan bahasa setempat yang lebih mudah difahami. Dengan begitu masyarakat bisa lebih berperilaku hidup sehat dengan meninggalkan kebiasaan merokok. Tak sebatas itu, masyarakat pun diajak nonton film Soekarno bersama-sama. Judul itu sengaja dipilih untuk membangkitkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Di sela-sela pemutaran film, juga ditayangkan iklan layanan masyarakat dari Diskominfo Jateng.

Kepala Diskominfo Jateng yang diwakili Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Dra Evi Sulistyorini MM menyampaikan kegiatan nonton bareng dan penampilan FK Metra merupakan salah satu sarana yg efektif menyebarluaskan informasi kepada masyarakat. Selain itu jg memberikan hiburan kepada masyarakat dengan mendayagunakan kesenian dan budaya yang harus terus diuri-uri dan dikembangkan.

“Harapannya masyarakat bisa lebih mengerti pesan yang kami sampaikan. Lebih dari itu, mereka juga bisa terus guyub, menjaga iklim kondusif di Jawa Tengah,” tandasnya. (Di/Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait