“Nggak” Cuma “Ngomong”, Tapi Pernah Melakukan

  • 12 Dec
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Pentingnya deteksi dini kanker leher rahim mesti diikuti pula oleh semangat para ibu untuk memeriksakan diri. Salah satunya melalui Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Test. Sayangnya, masih ada di antara perempuan yang enggan melakukan tes tersebut.

Hal itu diakui Marifah Hanif Dhakiri mewakili ibu-ibu Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE), saat menghadiri Program Aksi Pemeriksaan IVA di PT SAI Apparel Industries, Pedurungan, Selasa (12/12). Hadir pula dalam kesempatan itu anggota OASE lainnya, Widati Muhadjir Effendy, Hani Pramono, Erni Tjahjo Kumolo, Kartika Basuki, Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo, dan Ketua TP PKK Kota Semarang Krisseptiana Hendrar Prihadi.

Menurut Marifah, keengganan memeriksakan kesehatan reproduksinya karena merasa malu, takut sakit, bahkan takut jika hasilnya tidak sesuai harapan. Tapi semua itu harus dilakukan agar para perempuan mengerti kondisi kesehatan reproduksinya.

“Mengapa harus diperiksa IVA sih? Saya malu, takut, nggak nggenah rasanya. Tapi setelah dilakukan lega tidak? Lega kan,” bebernya.

Diakui, peran ibu dalam keluarga sangat penting karena ibu bisa berperan pada banyak hal. Ibu bisa menjadi sopir, tukang ojek, tukang masak, tukang bersih-bersih, dan sebagainya. Karenanya, jika ibu sakit, sekeluarga akan merasa ikut sakit. Berbeda jika si bapak yang sakit, di mana dampaknya lebih pada kerepotan istri dalam merawat suaminya.

”Jadi, ibu itu harus sehat. Jika ibu sehat, Insya Allah keluarga sehat semuanya. Salah satunya, jaga alat reproduksinya, dijaga kebersihan dan kesehatannya. Bapak-bapak juga jaga istrinya ya. Ibu sudah jaga kesehatannya, bapak juga harus menjaga kesehatan reproduksinya untuk ibunya. Jadi, bapak baik-baik supaya ibunya juga baik-baik,” ungkap Marifah.

Hal senada juga disampaikan Erni Tjahjo Kumolo. Dia berharap semua wanita usia produktif atau kurang dari 50 tahun yang pernah berhubungan seksual untuk memeriksakan kesehatan reproduksinya melalui tes IVA. Tes tersebut setidaknya mesti diulang setiap tahun.

“Minimal satu tahun sekali harus diulang. Jadi kalau sekarang sudah melakukan IVA Test, tahun depan tes lagi. Biar tahu sedini mungkin tanda-tanda kanker serviks, sebaiknya tiap tahun dilakukan IVA Test,” katanya.

Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo berharap ada testimoni bagi mereka yang sudah melakukan tes IVA kepada perempuan di lingkungan sekitarnya. Sebab, ajakan dari mereka yang sudah melakukan tes IVA akan lebih “manjur” ketimbang dari orang yang belum pernah melakukan tes tersebut.

“Jadi kalau ada masyarakat yang malu, takut, kalau yang ngasih tahu orang yang pernah melakukan, akan lebih mudah. Ayo ibu-ibu IVA Test, wong cuma ditetesi tok kok. Saya juga sudah pernah. Nggak cuma ngomong tok, tapi pernah melakukan,” jelasnya.

Atikoh juga mengingatkan, selain kanker serviks, deteksi dini juga bisa dilakukan pada kanker payudara, melalui pemeriksaan payudara klinis (sadarnis) atau pemeriksaan payudara sendiri (sadari).

“Caranya bagaimana? Bisa setelah bangun tidur, atau waktu mandi karena saat itu payudara kita terbuka. Arahnya bagaimana? Ya searah jarum jam. Itu mudah dilakukan,” beber ibu satu anak ini.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP melalui Plh Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Herru Setiadhie SH MSi menyampaikan, pemeriksaan IVA Test di Jawa Tengah, kerja sama dengan OASE dan Kementerian Ketenagakerjaan RI sudah dilakukan sejak 2015. Pada tahun itu tes IVA dilakukan di PT Sritex Sukoharjo. Dari 4.000 orang yang diperiksa, 28 di antaranya positif. Tes yang sama juga dilakukan di PT Primayuda Boyolali yang diikuti 1.000 orang, di mana lima orang dinyatakan positif.

Pada 2016 di PT Sandang Asia Maju Abadi Semarang bersamaan dengan Hari Buruh Internasional, dilakukan pemeriksaan IVA sebanyak 2.503 orang, 3 orang positif. Pada 2017 di PT Bina Busana Internusa Semarang, sebanyak 1.516 pekerja yang diperiksa, hasilnya negatif.

“Jumlah pemeriksaan IVA test di Jawa Tengah sebanyak 11.519 orang dengan jumlah positif 36 orang,” terangnya.

Pihaknya terus mendorong perusahaan agar memberikan kesempatan kepada tenaga kerja wanita untuk melakukan IVA test, serta memfasilitasi pemeriksaan lanjutan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau rumah sakit yang ditunjuk dengan fasilitas BPJS Kesehatan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku. Usaha promotif dan preventif baik pada pekerja maupun masyarakat merupakan tanggung jawab bersama.

“Mari kita berusaha memberikan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja kepada tenaga kerja kaum wanita, sehingga mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi untuk mendukung penurunan angka pengangguran dan kemiskinan di Jawa Tengah,” tandas Heru. (Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait