Monumen Garuda Gunung Selok Simbol Pemersatu Perbedaan

  • 11 Mar
  • bidang ikp
  • No Comments

Cilacap – Keberadaan Monumen Garuda Pelindung NKRI di kawasan wisata Gunung Selok, Kabupaten Cilacap menjadi perekat persatuan sekaligus simbol pemersatu berbagai perbedaan. Meskipun agama, suku, dan ras warga Indonesia berbeda-beda dari Sabang sampai Merauke, tetapi tetap satu Bangsa Indonesia.

“Mudah-mudahan monumen ini menjadi lambang penyemangat kita semua untuk hidup rukun, menghormati satu sama lain, dan saling menolong tanpa melihat perbedaan,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Jawa Tengah Drs Heru Sudjatmoko MSi saat peresmian Monumen Garuda Pelindung NKRI di Padepokan Agung Sanghyang Jati, Gunung Selok, Kecamatan Adipala, Cilacap, Minggu (11/3).

Turut hadir dalam acara bertema “Mengawal Pancasila Menjaga NKRI” itu, Wakil Bupati Cilacap Syamsul Auliya Rachman SSTP MSi, pendiri Padepokan Agung Sanghyang Jati, YM Bhante Dhammatejo, sejumlah tokoh lintas agama, serta Forkopimda setempat.

Dalam acara yang dirangkai dengan Dirgahayu ke-6 Pendapa Dhamma Agung Sejati itu, Plt Gubernur mengatakan, keberadaan monumen patung burung garuda setinggi sekitar sembilan meter di kawasan wisata alam Gunung Selok itu, diharapkan semakin memperkuat persatuan dan kesatuan masyarakat Cilacap dan sekitarnya. Patung garuda dengan kedua tangan mencengkeram erat lambang Bhinneka Tunggal Ika, serta di bagian jantungnya terpampang Pancasila, merupakan simbol Bangsa Indonesia yang bersatu, berdaulat adil dan makmur.

“Selain itu jangan merasa benar sendiri dan bisa melakukan apapun seorang diri. Semua harus saling tolong-menolong terhadap sesama tanpa memandang perbedaan,” imbuhnya.

Dalam kesempatan itu, Plt Gubernur juga menyampaikan dukungan gagasan pengembangan wisata religi di kawasan wisata alam Gunung Selok. Menurutnya keberadaan Monumen Garuda Pelindung NKRI dan tempat-tempat ibadah seperti pura, masjid, gereja di sekitar Padepokan Dhamma Agung Sejati Gunung Selok akan menjadi miniatur Bhinneka Tunggal Ika.

Sementara itu pendiri Padepokan Agung Sanghyang Jati, YM Bhante dalam sambutannya berharap dukungan dari pemerintah kabupaten maupun provinsi serta pihak terkait untuk mewujudkan rencana pembangunan wisata religi di kawasan Gunung Selok.

“Cita cita saya ingin membangun wisata religi di kawasa ini. Saya ingin membangun suasana Bhinneka Tunggal Ika, dan padepokan ini akan menjadi tempat umum, siapapun boleh menggunakannya. Sungguh indah dan menyenangkan jika di sini juga ada masjid dan gerereja,” bebernya.

Bhante menjelaskan, berdirinya padepokan yang tidak jauh dari Pantai Sodong tersebut bertujuan sebagai tempat meditasi, spiritual dan sosial budaya. Selain itu mengembangkan Dharma sehingga memberi manfaat yang tiada batas bagi umat manusia dan dunia.

“Peresmian monumen di padepokan ini oleh Plt Gubernur Jateng merupakan anugerah dan akan membawa manfaat bagi semua. Apalagi tempat ini banyak didatangi pengunjung dari berbagai daerah di nusantara,” terangnya.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait