Modernisasi Pertanian Tak Hanya Gunakan Alsintan

  • 27 Jul
  • bidang ikp
  • No Comments

Temanggung – Memodernisasi pertanian untuk kesejahteraan petani memerlukan basis data pertanian yang cukup presisi. Dari data tersebut, pemerintah baik pusat maupun daerah, bisa mengetahui kondisi riil pertanian yang ada di daerah masing-masing. Sehingga kebijakan publik yang dibuat akan bisa sesuai dan tepat sasaran.

“Ketika data kita sudah benar, maka perlakuan atau kebijakan publiknya mesti kita dorong,” kata Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP saat membuka Gelar Promosi Agribisnis (GPA) Soropadan ke-8 2018 di PPAP Agro Center Soropadan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jumat (27/7).

Ganjar mengatakan jumlah petani di Jawa Tengah sampai hari ini tercatat 2.815.888 orang. Namun, banyak di antaranya hanya memiliki lahan rata-rata sekitar 0,25 hektare. Sementara untuk kesejahteraan setidaknya dibutuhkan lahan dua hektare. Karenanya, melalui basis data, pemerintah bisa melakukan intervensi dengan memberikan insentif maupun bantuan alat mesin pertanian (alsintan) kepada petani-petani kategori miskin.

“Maka dengan data yang benar di kondisi pertanian, insentif kita akan oke dan pas. Saya sudah menghitung, mereka yang miskin-miskin, petani yang kecil mau kita kover dengan asuransi petani. Maka seluruh risiko yang kemungkinan dihadapi karena bencana ataupun hama bisa kita lindungi dengan asuransi,” terangnya.

Melalui data yang akurat, lanjut Ganjar, modernisasi pertanian bisa lebih ditingkatkan dengan memberikan bantuan alsintan kepada para petani yang membutuhkan.

Untuk memodernkan petani, pemerintah juga harus terus memberikan edukasi, khususnya bagi generasi muda karena banyak petani yang sudah tua enggan beralih dari alat konvensional ke modern. Melalui modernisasi, bisa mendorong generasi muda untuk kembali menyukai profesi petani yang sudah jarang diminati.

“Modernisasi inilah yang kita mesti angkat ke sana karena yang tua sudah jarang yang mau,” tutur gubernur.

Modernisasi pertanian yang didorong Pemprov Jateng tidak hanya dengan penggunaan alsintan modern, namun juga melalui modernisasi dari sisi teknologi informasi. Salah satunya bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) membuat SiHaTi yang tidak hanya sebagai sistem informasi harga, namun juga sistem informasi produk dan stoknya.

Ganjar berharap GPA Soropadan VIII bisa menjadi tempat learning center untuk pertanian di mana petani bisa belajar dan mendapat edukasi tentang bibit unggul, cara pengelolaan yang baik, serta cara menjual yang lebih menguntungkan. Sehingga sistem pertanian yang modern bisa dijalankan.

“Tempat ini kita jadikan sebagai learning center untuk pertanian dengan satu harapan semua belajar mulai dari bibitnya, cara menjualnya, dan mengelolanya yang bagus. Nah memang kita ingin tidak hanya setahun sekali kita ada di sini, tapi nanti harian bisa orang datang,” ujarnya.

Pada GPA Soropadan VIII 2018 ini Kementerian Pertanian juga memberikan bantuan kepada Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) di Jawa Tengah berupa 95 unit sepeda motor dan enam unit mobil.

Staf Ahli Bidang Infrastruktur Pertanian Kementan Ani Andayani menjelaskan, bantuan sepeda motor tersebut digunakan sebagai sarana mobilitas petugas POPT untuk pengawasan di lapangan. Sedangkan bantuan mobil digunakan untuk laboratorium keliling serta memberikan sosialisasi bagi para petani.

“Menteri pertanian berharap besar agar Jawa Tengah akan menjadi leading sector pertanian di Indonesia,” tandasnya.

Penulis : Kh, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait