Meski Lewat WA, Komunikasi Mahasiswa kepada Dosen Harus Sopan

  • 22 May
  • ikp
  • No Comments

SEMARANG – Pandemi Corona tak hanya memengaruhi sektor kesehatan dan ekonomi, mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi pun terimbas. Nah, mengatasi hal itu Siti Atikoh Ganjar Pranowo bersama Dosen Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) Purwokerto Prof Retno Suyanti, berbagi tips strategi menjadi mahasiswa akhir saat wabah Covid-19.
Perbincangan keduanya, dihelat melalui siaran langsung Instagram @atikoh.s dan @retonobatik, Jumat (22/5/2020) siang. Dengan dipandu moderator Atikoh, perbincangan tersebut diikut ratusan warganet, baik dari mereka yang bersekolah di dalam maupun luar negeri.
Beragan pertanyaan mengemuka dari warganet. Mulai dari persoalan susah sinyal, revisi skripsi yang selalu ada persoalan, hingga bagaimana menyikapi dosen yang susah berubah ke dunia virtual.
Dosen Unsoed Retno Suyanti membeberkan, di tengah pandemi tugas akhir skripsi tidak boleh terbengkalai. Meski tanpa pertemuan langsung, teknologi bisa menjadi jembatan untuk mempermudah bimbingan antara dosen dan mahasiswa. Untuk mempermudah mahasiswa, data bisa menggunakan sumber sekunder melalui pustaka atau sumber internet. Kuesioner yang disebar menggunakan Google Form pun bisa digunakan sebagai data primer.
“Tapi, mahasiswanya juga harus disiplin. Misalnya, buat jadwal dari Senin sampai Jumat, harus melakukan apa. Patuhi tugas itu dan buat progress report (laporan perkembangan),” tutur ahli pencitraan digital medis itu.
Lalu bagaimana menyikapi dosen yang susah berubah ke dunia virtual? Retno tidak menampik realita tersebut. Menurutnya, hal itu menuntut dosen untuk juga memiliki ketrampilan yang baru.
“Kalau memang tidak biasa menggunakan Zoom atau Instagram Live, bisa kok pakai yang sederhana seperti platform WA (Whatsapp) dengan membuat grup yang isinya mahasiswa bimbingan. Jadi sekali menjelaskan sudah terwakili semuanya,” kata dia.
Mengenai susahnya sinyal internet, atau keterbatasan sumber pustaka yang bisa diakses daring, Retno membeberkan beberapa cara yang bisa ditempuh mahasiswa, salah satunya dengan mengerjakan di kampus. Hal itu, bisa dikerjakan asalkan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
“Intinya komunikasi, baik dengan dosen maupun pihak kampus dalam hal ini jurusan. Jangan lupa juga membuat jejaring pertemanan dengan mahasiswa dari satu kampus atau luar universitas. Nanti kan bisa saling bantu ketika ada permasalahan,” terang Retno.
Dia menyampaikan, selama mengikuti perkuliahan daring, mahasiswa jangan menjadikan itu semua sebagai beban. Retno Tetap semangat karena selalu ada jalan untuk menyikapi tugas akhir.
“Intinya, jangan dibuat susah, bikin senang saja. Kalau ada kesulitan komunikasi saja dengan dosen atau pihak kampus. Fun (senang) sajalah,” pungkas Retno yang dulunya teman satu kos Atikoh.
Sementara itu, Atikoh menambahkan, persoalan revisi dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi saat menyusun skripsi, adalah bagian dari perjuangan.
“Turuti saja seumpama skripsi ada revisi. Revisi itu selalu ada. Mungkin sekarang pahit, tapi nanti akan jadi kenangan ketika sudah usai,” tuturnya yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Jateng.
Atikoh juga mengingatkan, meski komunikasi dengan dosen dilakukan melalui WA, namun mahasiswa mesti menggunakan bahasa yang selayaknya digunakan kepada pengajarnya. Jangan justru seperti bicara dengan temannya, menggunakan singkatan-singkatan yang tidak jelas.
“Bahasanya harus yang sopan. Kalau WA kadang lupa berbahasa resmi, pakainya (bahasa) seperti dengan temannya, tulisan disingkat-singkat. Meskipun lewat WA, komunikasi dengan dosen bahasanya yang resmi ya,” pungkasnya. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait