Mental Miskin Bahaya dalam Tanggulangi Kemiskinan

  • 20 Dec
  • bidang ikp
  • No Comments

KlatenMindset mental miskin di kalangan warga tidak mampu, meski diubah. Sehingga mereka mau dan mampu berdaya untuk peningkatan perekonomiannya.

Kepala Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Mulyanto menyampaikan di samping memberikan bantuan sosial dan bekal keterampilan, penyelesaian kemiskinan juga memerlukan sosialisasi untuk mengubah mindset pemilik mental miskin. Dia mengaku kesulitan mengajak warganya yang miskin untuk lebih berdaya akibat mentalnya yang negatif itu.

“Pernah saya melakukan program kerja sama antara pemerintah desa dan SMK Kristen 5 yang saat itu mengadakan pelatihan bengkel. Dapat toolkit, dapat seragam, dapat sertifikat dan ada kesempatan diterima sebagai teknisi di Ahass (Honda). Dari kami yang 40 orang yang mau masuk cuma tiga orang. Padahal penghasilan dari pekerjaan mereka tidak cukup untuk membiayai hidup keluarga,” bebernya pada Rapat Koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah di Pendapa Kabupaten Klaten, Selasa (19/12).

Mulyanto merasa heran mengingat tawaran pekerjaan yang bagus, belum mampu mengubah keinginan warganya yang miskin untuk memilih pekerjaan mapan. Karena itu, dia menginginkan adanya sosialisasi yang bisa mengubah mindset mental miskin masyarakat.

“Dari literatur yang saya baca, sebenarnya tidak ada negara miskin. Yang ada negara yang warganya malas. Perlu ada sosialisasi untuk mengubah mindset masyarakat agar punya pemikiran tidak miskin,” pintanya.

Kepala Bappeda Provinsi Jawa Tengah Sujarwanto Dwiatmoko membenarkan informasi Mulyanto. Adanya masyarakat yang memiliki mindset mental miskin, juga membuat pemerintah kesulitan untuk menyelesaikan kemiskinan dengan cepat. Sebab, bantuan sosial menjadi tidak tepat sasaran.

“Rastra itu hati-hati karena ternyata semua orang masih minta Rastra. Kalau saya lihatkan datanya, ternyata kelompok desil 5 sampai 10 juga masih menikmati Rastra. Kades harus berani bertanggung jawab mencoret mereka. Karena kalau tidak, nanti tidak tegas. Jadi tak akan selesai,” tandasnya.

Sujarwanto menceritakan, di Kebumen, untuk menghindari pemberian bantuan yang salah sasaran, rumah masyarakat penerima bantuan ditempel sticker dengan ukuran yang cukup besar. Langkah itu diambil karena banyak warga yang sebenarnya bukan tergolong penerima bantuan, menginginkan bantuan tersebut.

“Di Kebumen ini contoh. Rumah yang menerima rastra, diberi sticker. Besar tulisannya. Isinya, Saya benar-benar keluarga miskin yang layak menerima beras sejahtera. Ya Allah sejahterakanlah saudara kami yang miskin ini. Tapi apabila mereka bukan benar-benar orang miskin maka adzab-Mu sangat pedih,” ungkapnya.

Sujarwanto berpendapat, bantuan yang diberikan sebenarnya seperti minum obat. Jika sudah bisa mandiri, maka bantuan mestinya tidak diberikan lagi dan bisa dipindahkan kepada yang lain yang lebih membutuhkan.

“Kalau sudah ‘sehat’ tapi tetap minum itu seperti minum racun. Dia akan kembali miskin, paling tidak mentalnya yang miskin. Mental miskin adalah yang paling bahaya dalam penanggulangan kemiskinan,” tuturnya.

Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi sepakat, masyarakat tidak mampu mesti diedukasi agar mental miskin tidak melekat dalam kehidupannya. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pun sudah mengupayakan edukasi itu. Caranya dengan memberdayakan warga miskin ketika desa melaksanakan pembangunan. Tenaga mereka pun dibayar.

Dengan begitu, akan sekaligus muncul di pikiran anak-anak mereka, bahwa orang tuanya mendapat uang setelah bekerja. Anak pun akan termotivasi melihat kerja keras orang tuanya. Bukan tidak bekerja dan mendapatkan uang.

“Ini agar generasi berikutnya tidak jadi pemalas. Sehingga ini bagian dari edukasi,” ujarnya.

Heru pun menceritakan, kehidupan orang tuanya dulu jauh dari kata cukup. Namun karena senantiasa memberikan dorongan untuk menempuh pendidikan hingga ke jenjang pendidikan tinggi, maka dia termotivasi. Berbekal pendidikan yang dimiliki, kini ilmunya bisa berdaya guna bagi orang banyak.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait