Mei 2018, Terminal “Apung” Bandara A Yani Difungsikan

  • 12 Feb
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – PT Angkasa Pura I (Persero), Minggu (10/2) melakukan topping off atau penutupan atap terminal baru Bandara Ahmad Yani. Topping off disaksikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri BUMN Rini Soemarni, dan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP

Saat menyampaikan laporan, Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi menyampaikan, kapasitas terminal baru senilai Rp 2,07 triliun mampu menampung 6 juta penumpang. Pengembangan terminal merupakan solusi atas lack of capacity yang terjadi pada beberapa tahun terakhir. Faik Fahmi membeberkan, kapasitas terminal bandara saat ini hanya 800 ribu penumpang, tapi hingga akhir 2017 sudah melayani 4,4 juta penumpang.

Ditambahkan, kondisi terminal existing yang sudah tidak layak membuat penumpang kurang nyaman. Di samping itu, bandara tidak bisa menerima slot-slot penerbangan baru, khususnya penerbangan internasional. Akibatnya, potensi pendapatan daerah belum bisa dicapai secara maksimal.

“Terminal baru memiliki luas 58.652 m2, sembilan kali lebih besar dari terminal sekarang yang hanya 6.708 m2. Luasan apron baru 72.522 m2 sehingga dapat menampung 13 pesawat narrow body atau konfigurasi 10 pesawat narrow body dan dua pesawat wide body cargo,” jelasnya.

Konsep floating airport, kata Faik, menjadi ciri khas Bandara Ahmad Yani dan menjadi yang pertama di Indonesia. Disebut floating airport karena terminal baru Bandara Ahmad Yani dibangun di atas lahan lunak dan sebagian besar berair. Desain terminal baru Bandara Ahmad Yani juga mengadopsi konsep eco-airport. Tujuannya untuk mendukung pelestarian lingkungan.

“Di sekitar bandara sudah ditanami 24 ribu bibit pohon mangrove untuk mendukung pelestarian lingkungan. Nantinya potensi hutan mangrove bisa dikembangkan menjadi objek wisata alam yang bisa jadi daya tarik bagi penumpang maupun masyarakat,” ungkapnya.

Faik juga menyampaikan, terminal baru Bandara Ahmad Yani  ditargetkan beroperasi pada Mei 2018 dengan syarat minimum sehingga bisa melayani penumpang pada masa mudik dan balik lebaran pada Juni nanti. Syarat minimum tersebut antara lain terminal penumpang, gedung parkir satu lantai, terminal kargo, masjid, gedung pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran.

Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo mengaku dia adalah orang yang paling bahagia dengan terlaksananya pembangunan Bandara Ahmad Yani. Apalagi mengingat perjuangannya yang tidak mudah.

“Tentu orang yang paling bahagia ya saya. Saya sudah tidak tahu kira-kira berapa presiden, berapa menteri perhubungan dan BUMN yang mengawal ini. Yang saya tahu sudah ada tiga gubernur yang mengawal (sejak Pak Mardiyanto). Pangdam waktu itu, saya menyampaikan terima kasih kerja samanya. Cepat sekali. Dan ini bandara pertama kali saya kira yang merubah PP (Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Aset Negara/Daerah, red). Jadi kerja yang waktu itu kerja tim yang luar biasa. Dan hari ini kita akan tunjukkan, lebaran kita gunakan,” ungkapnya senang.

Ditambahkan, di media sosial, Bandara Ahmad Yani juga sudah mulai dilirik sebagai salah satu tempat terunik di dunia dengan floating airport-nya.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengakui, terkadang dia tidak tega melihat kondisi masyarakat yang berjejal di bandara Ahmad Yani. Tapi dengan pembangunan itu, terminal bandara tersebut sudah sembilan kali lebih besar.

“Sekarang Menteri BUMN tahu persis bagaimana level of service, level of securty, level of safety dari suatu penerbangan. Begitu sangat ketat. Sehingga, dalam dunia aviasi kita nggak main-main,” kata dia.

Terwujudnya pembangunan Bandara Ahmad Yani, lanjutnya, merupakan wujud sinergi yang luar biasa antara BUMN dan pemerintah daerah. Pihaknya berharap, sinergi yang telah dilakukan memberi manfaat besar bagi masyarakat.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait