Mandirikan Santri dengan Keterampilan Hidup

  • 30 Apr
  • Prov Jateng
  • No Comments

 

Mungkid – Pondok pesantren berperan sebagai tameng bagi generasi muda Islami di tengah ancaman deradikalisasi, narkoba, hingga pornografi. Untuk melawan berbagai isu negatif tersebut, pengasuh pondok pesantren diminta untuk mengasah keterampilan para santri agar mereka mampu mengaktualisasikan diri secara positif.

“Pondok pesantren perlu mengembangkan keterampilan hidup. Misale nggawe roti kering atau santri punya pengetahuan tentang konstruksi (bangunan), sehingga bisa hidup mandiri,” pesan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP saat menghadiri Akhirussanah Mujahadah Ahad Kliwon Thoriqoh di Pondok Darussalam Timur Watucongol, Kabupaten Magelang, Minggu (30/4).

Pengembangan keterampilan santri, menurutnya, merupakan isu strategis untuk membentengi diri generasi muda dari aktivitas negatif. Pasalnya saat ini bermunculan gerakan-gerakan ekstrem yang mengatasnamakan agama, seperti ISIS. Gerakan ekstremisme itu rawan meruntuhkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Orang nomor satu di Jawa Tengah itu juga berpesan agar pihak pondok pesantren dan orang tua lebih waspada terhadap narkoba di kalangan remaja. Hal itu disebabkan peredaran narkoba seringkali berkamuflase dalam bentuk makanan atau minuman yang biasa dikonsumsi anak-anak.

Saiki (peredaran narkoba) tambah canggih. Ati-ati. Bakul-bakul narkoba nganggo ilmu marketing sing arane regenerasi. Dodolane ning cah enom-enom. Ono sing bentuke permen, ono sing bentuke sirup,” beber alumnus UGM tersebut.

Tak hanya itu, Ganjar juga berpesan agar orang tua memastikan putera-puterinya tidak terjebak pergaulan bebas dan pornografi. Caranya, dengan mengetahui konten apa saja yang diakses oleh anak-anak mereka melalui gadget. Sebab, tidak dapat dipungkiri pornografi menyebar secara cepat melalui dunia maya.

Pengasuh Pondok Pesanten Darussalam Timur Watucongol KH Aly Qoishor Ahmad Abdul Haq sependapat dengan gubernur.  Pihaknya menerangkan, pondok pesantren yang diasuhnya itu senantiasa memberikan keterampilan bagi para santrinya. Santri putri diberikan  keterampilan tata boga seperti membuat roti kering. Sementara itu, santri putra dibekali pengetahuan tentang konstruksi bangunan. Bahkan, sebagian santri putra dahulu turut berkontribusi dalam pembangunan pondok pesantren tersebut.

“Santri punya bidang sendiri-sendiri. Untuk santri putri diajari membuat roti kering. Saya pesan kepada santri, iki resepe, adonen dhewe, mengko aku ngewangi dodhol. Santri putra belajar konstruksi. Belajar agar sedikit demi sedikit bisa mandiri. Mandiri tidak harus kita selalu jadi PNS. Apalagi sekarang jadi PNS sulit karena Pak Presiden tidak membuka CPNS,” jelasnya.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait