Makmurkan Masjid dengan Diskusi dan Pencerahan

  • 11 Jun
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Pendirian masjid selain sebagai tempat ibadah bagi umat Islam, juga menjadi sarana kegiatan keagamaan dan pendidikan. Termasuk tempat berdiskusi berbagai hal, serta menyelesaikan beragam persoalan masyarakat.

“Jadi memakmurkan masjid salah satunya berdiskusi menyelesaikan persoalan masyarakat dan memberikan pencerahan atau pesan-pesan baik seperti sadaqah, gotong royong, serta kegiatan-kegiatan yang bermanfaat lainnya,” ujar Gubernur Jayeng H Ganjar Pranowo SH MIP saaf memberi sambutan pada peresmian Masjid Jami Baitul Mu’iz di Jalan Mulawarman, Pedalangan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang, Minggu (10/6).

Selain gubernur, hadir pula dalam peresmian masjid berlantai dua yang berdiri di atas lahan seluas 1.008 meter persegi itu, Wakil Gubernur Jateng Drs H Heru Sudjatmoko MSi, Ketua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Jateng, Singgih Tri Sulistyono, tokoh agama dan masyarakat, serta forum komunikasi pemimpin daerah (Forkopimda) setempat.

Dalam arahannya gubernur berharap, masjid menjadi sarana orang berbicara tentang kebenaran, berdiskusi bagaimana menyikapi hoax, radikalisme, modernisasi, maupun permasalahan lain. Misalnya, apabila ada hoax atau informasi bohong yang meresahkan serta mengancam keamanan negara, kerukunan umat beragama, serta perpecahan persatuan sebaiknya disebarkan, tangkal, atau luruskan, kemudian bagaimana caranya tabayun, serta konfirmasi.

Selain menyikapi hoax, lanjut dia, para ulama juga bisa memberikan pencerahan, berbicara tentang kebaikan, kebenaran, bahkan mengkaji beragam persoalan masyarakat. Antara lain merespon kenaikan harga berbagai kebutuhan hidup saat Ramadan seperti sekarang dengan berbelanja secara tidak berlebihan atau hidup jangan boros.

“Juga bagaimana upaya menangkal radikalisme, melaksanakan apa yang sudah disepakati bersama bahwa Pancasila sebagai dasar negara, menerjemahkan, serta mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.

Menurutnya, pendirian Masjid Jami Baitul Mu’iz yang membutuhkan waktu sekitar 19 tahun ini, mencerminkan begitu besarnya perjuangan dan kegotongroyongan masyarakat supaya bisa mendirikan tempat ibadah. Sehingga orang yang datang bisa mendapatkan manfaat besar. Masyarakat ke masjid untuk salat Subuh sekaligus mengikuti kuliah subuh, atau salat Duhur kemudian mendapat kajian-kajian yang bermanfaat.

“Mudah-mudahan masjid ini juga memakmurkan umatnya, menjadi pusat diskusi, tempat menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat, serta syiar Islam untuk kedamaian bangsa dan negara,” harapnya.

Sementara itu Ketua DPW LDII Jateng Singgih Tri Sulistyono menyebutkan, pengelola masjid perlu bergandengan tangan dan bersinergi dengan pemerintah untuk turut serta dalam rangka menjaga moralitas masyarakat yang semakin hari kian banyak tantangan. Terlebih di era globalisasi, pasar bebas, dan neoliberalisme seperti sekarang.

“Kekuatan negara, kekuatan pasar atau kapitaliame, serta masyarakat madani akan sangat menguasai. Yang berada di tengah segitiga kekuatan itu, yakni moralitas. Oleh sebab itu masyarakat madani, dalam hal ini elemen dari lembaga-lembaga dakwah Islam yang berpusat di masjid-masjid, menjadi upaya yang strategis,” bebernya.

Pembangunan masjid yang telah berlangsung sejak 1997 itu, menelan biaya Rp 6,5 miliar dengan sumber dana murni swadaya dan swadana masyarakat. Selain sebagai tempat nelaksanakan ibadah salat, di masjid tersebut juga terdapat kegiatan pendidikan anak usia dini (PAUD), taman pendidikan Alquran, forum generasi Baitul Mu’iz, sekolah tahfidzul Quran, serta pondok pesantren mahasiswa.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait