Makan Ikan saat Hamil Bisa Bikin Bayi Amis?

  • 07 Mar
  • bidang ikp
  • No Comments

BREBES – Jangan makan ikan saat hamil. Nanti bayinya amis. Anggapan itu masih ada di masyarakat, sehingga sejumlah ibu hamil tidak berani makan protein hewani tersebut.
Ironisnya, tak hanya menghindari konsumsi ikan, ada pula anggapan jika ibu hamil tidak boleh makan sayur dan buah karena khawatir akan keguguran. Praktis, ibu hamil hanya makan nasi putih.
Mitos keliru tersebut diangkat pada Sosialisasi Penanganan Stunting melalui Pentas Seni dan Nonton Bareng, yang diselenggarakan Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah,  bekerja sama dengan Diskominfotik Kabupaten Brebes, di Balai Desa Grinting, Kecamatan Bulakamba, Senin (6/3/2023) malam.
Adalah Basiroh, ibu hamil yang keseharian menyajikan beragam makanan bergizi, dari ikan, ayam, sayur, buah, dan lainnya, untuk suaminya Dalban. Sementara, dia yang tengah hamil anak kedua hanya makan nasi putih. Kondisi itu sama dengan yang dijalani saat mengandung anak pertamanya, Barjuli.
Mereka tidak menyadari, asupan makanan yang kurang bergizi tersebut berdampak pada tumbuh kembang anaknya. Hingga suatu hari, Pak RT datang dan mengungkapkan jika perkembangan fisik dan otak Barjuli, jauh di bawah anaknya yang seusia. Anak Pak RT kini sudah kuliah, sementara Barjuli baru SMA kelas X.
Wong meteng justru kudu mangan sing bergizi, kayak iwak, endog, daging, sayur, buah. Laka teorine yen wong meteng mangan buah karo sayur kuwe dadi keguguran. Sing ana yen wong meteng mangane ora bergizi, mengko anakke kena stunting (Orang hamil harus makan yang bergizi, seperti ikan, telur, daging, sayur, buah. Tidak ada teorinya kalau orang hamil makan buah dan sayur berisiko keguguran. Justru kalau orang hamil makan tidak bergizi, anaknya bisa stunting),” bebernya.
Hal itu diperkuat dengan pernyataan dari Sekretaris Tim Pokja Advokasi KB BKKBN Provinsi Jawa Tengah dokter RR Ratih Dewantisari yang hadir malam itu. Dia menekankan, mencegah anak stunting, harus dilakukan saat 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Yakni, saat janin masih berada di kandungan, ibu mesti mengonsumsi makanan bergizi, termasuk protein hewani, seperti ikan dan telur.
Menurut Ratih, makanan bergizi tak harus mahal, misalnya daun kelor, ikan lele dan telur. Ia pun menambahkan mitos tentang ibu hamil yang makan-makanan amis seperti telur, udang dan ikan maka anaknya akan amis, tidaklah benar. Justru, ibu hamil yang makan-makanan amis, yang mengandung protein tinggi, sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan otak anak sejak masih dalam kandungan.
“Jangan percaya mitos ibu hamil tidak boleh makan-makanan yang amis seperti telur, ikan dan udang bikin anak jadi amis. Malah bikin anak pintar karena memiliki protein tinggi,” ujarnya.
Penjabat (Pj) Bupati Brebes Urip Sihabudin, SH MH yang hadir dalam sosialisasi tersebut menyampaikan, di Desa Grinting ada sekitar 72 balita yang terindikasi stunting. Oleh karena itu, Urip mengajak masyarakat dan seluruh pihak, untuk bersama -sama, kompak, menyelesaikan permasalahan balita stunting tersebut.
Pihaknya pun telah memetakan bagaimana cara menyelesaikan stunting tak hanya di Desa Grinting, tapi juga daerah-daerah lain di Brebes.
“Kita sudah memetakan berbagai macam cara untuk memberantas stunting. Salah satunya dengan memberikan telur dan ikan. Para ibu hamil yang berisiko anak di kandungannya stunting pun juga dipetakan, dengan rajin konsumsi obat penambah darah agar bebas anemia,” imbuhnya.
Sementara, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah Riena Retnaningrum menyampaikan, sosialisasi penanganan stunting sangatlah penting. Oleh karena itu, berbagai bentuk sosialisasi terus digencarkan, seperti melalui media sosial, media mainstream, hingga menggandeng para pegiat seni, agar sosialisasi lebih menghibur dan tersampaikan kepada masyarakat.
“Penanganan stunting itu penting, sehingga kami gencar sekali melakukan sosialisasi lewat berbagai lini media, media sosial hingga pegiat seni seperti hari ini,” ungkapnya.
Warga Desa Grinting, Sumarni (41) yang datang bersama anaknya yang berusia empat tahun, mengaku tak hanya sangat terhibur, tapi juga mendapatkan banyak pengetahuan baru tentang pencegahan dan pemberantasan stunting.
Diakui, di desanya anak yang terindikasi  stunting cukup banyak. Dia ingin menambah pengetahuannya tentang pencegahan stunting, agar anak bungsunya yang berusia empat tahun itu terbebas dari ancaman stunting.
“Acaranya sangat menghibur dan bermanfaat sekali tentang stunting. Antusias datang ke Balai Desa malam ini, agar tambah ilmu tentang pencegahan stunting, sehingga anak saya kelak bebas stunting,” ucapnya. (Ic/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait