Mahasiswa Tak Boleh Berpikir “Satu Alinea”

  • 15 Aug
  • bidang ikp
  • No Comments

Surakarta – Tri Dharma Perguruan Tinggi mencakup pendidikan, penelitian dan pengembangan, dan pengabdian masyarakat menjadi tradisi yang dijunjung oleh setiap universitas. Tradisi inilah yang akan membimbing mahasiswa untuk berpikir logis, analitis, dan sistematis. Termasuk saat mahasiswa menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan membantu masyarakat menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi bersama.

“KKN menguji kelengkapan kita sebagai mahasiswa, baik pemikiran dan tindakan kita. Ketika menghadapi persoalan, maka selalu berpikir logis, analitis, dan sistematis. Tradisi berpikir itu ada di dunia ilmiah seperti ini,” terang Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP saat menghadiri Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan di IAIN Surakarta, Selasa (14/8).

Gubernur berharap, mahasiswa sebagai generasi milenial tidak terjebak pada “tradisi instan”. Mengerjakan tugas kuliah hanya mengandalkan informasi singkat yang ditampilkan di search engine, tanpa didukung referensi lengkap dari buku-buku. Ganjar menegaskan, mahasiswa harusĀ  memperluas wawasan dengan cara membaca lebih banyak literatur. Selain itu, tradisi meneliti juga harus terus dihidupkan di lingkungan kampus.

“Banyak tradisi instan dan tidak pernah dilakukan pendalaman. Karena rujukannya tidak ada pendalaman dari referensi paling bagus atau buku yang paling lengkap, ilmunya hanya satu alinea. Saya tidak mau kalian menjadi mahasiswa yang cara berpikirnya hanya satu alinea. Cara berpikirnya harus beribu-ribu buku. Ini yang mendorong kita menjadi bijak dengan analisis komprehensif. Sehingga kita bisa melihat persoalan masyarakat apapun itu,” urainya.

Gubernur juga memperoleh pertanyaan menggelitik dari salah seorang mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam bernama Panji. Mahasiswa asal Karanganyar itu bertanya tentang cara menghindari politisasi isu SARA menjelang tahun politik dan tetap menjunjung toleransi serta kecintaan terhadap NKRI.

“Bagaimana cara kita terhindar dari doktrin politisasi isu SARA hanya untuk kepentingan politik praktis, karena kita generasi muda yang cinta toleransi dan NKRI?” tanya mahasiswa baru itu.

Menanggapi pertanyaan Panji, Ganjar menegaskan, merdeka hingga masa mendatang Indonesia tetap berpegang teguh pada ideologi Pancasila. Untuk mempertahankan keutuhan NKRI, generasi muda hendaknya tidak mudah percaya dengan berita bohong (hoaks) yang sifatnya memecah belah bangsa.

“Jadilah generasi muda yang tidak mudah terkena hoaks. Tabayyun yang paling gampang adalah banyak membaca dan gunakan logika. Lihat bagaimana track record-nya. Track record inilah yang bisa untuk mengetahui apakah nanti dia konsisten saat memimpin atau tidak,” pungkasnya.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

 

 

Berita Terkait