Mahasiswa Jangan Takut Salah

  • 10 Feb
  • bidang ikp
  • No Comments

Yogyakarta – Pemikiran kritis mahasiswa yang dilandasi oleh telaah ilmiah mendalam dapat menjadi sumbangan bagi pembangunan bangsa. Pemerintah pun tidak ragu mengapresiasi mahasiswa yang berani menyampaikan komentar terhadap tata kelola pemerintahan yang tengah berlangsung.

Seperti aksi Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia Zaadit Taqwa yang mengacungkan buku berwarna kuning setelah Presiden RI Ir H Joko Widodo berpidato pada acara Dies Natalis ke-68 UI baru-baru ini sebagai wujud kritiknya terhadap beberapa kondisi yang terjadi di tanah air. Mereka menyoroti gizi buruk dan wabah penyakit di Asmat Papua, rencana pemerintah mengangkat penjabat gubernur dari TNI/Polri, dan draft peraturan baru organisasi mahasiswa.

Aksi simbolik “kartu kuning” memunculkan polemik. Di satu sisi, Zaadit dipandang kurang beretika dalam menyampaikan pendapat. Di sisi lain, Zaadit juga dipuji karena berani menyuarakan aspirasi.

Meski memperoleh kritik dari Zaadit, Presiden Joko Widodo tidak tersinggung. Kepala negara justru memberikan kesempatan bagi perwakilan BEM UI untuk berkunjung ke Papua. Sehingga mereka bisa menyaksikan dan merasakan langsung kondisi masyarakat yang mengalami gizi buruk dan terkena wabah penyakit serta memahami tantangan pemerintah dalam menuntaskan persoalan tersebut.

Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP memandang aksi yang dilakukan Zaadit adalah hal yang lumrah. Pada usia itu, mahasiswa cenderung idealis dan mencari jati diri.

“Menurut saya mahasiswa kadang begitu. Takut-takut berani, lalu nyoba-nyoba. Tetapi itu tidak apa-apa. Bapak Presiden responnya juga bagus. Kenapa terjadi seperti itu? Karena usia pada saat itu ada pemberontakan yang luar biasa. Ingin ada satu titik ideal yang didapatkan dengan cara seperti itu. Proses pembentukan itu akan dilakukan melalui proses belajar mengajar,” ujarnya saat menghadiri Pengukuhan dan Seminar Nasional IKPM Jawa Tengah-Yogyakarta bertajuk “Aktualisasi Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Membangun Daerah” di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sabtu (10/2).

Kendati begitu, orang nomor satu di Jawa Tengah itu menyarankan, pemikiran kritis mahasiswa saat menyampaikan pendapat hendaknya dilengkapi dengan data-data pendukung yang kredibel. Sehingga dapat mengerucut pada rekomendasi yang sifatnya implementatif.

Ganjar menceritakan, saat duduk di bangku kuliah, dia berusaha menjadi mahasiswa yang aktif, dengan belajar menyampaikan aspirasi melalui demo.

“Saya ingat pada tahun 1980-an akhir belajar demo. Nyanthol-nyanthol diskusi. Ternyata kita kurang baca buku, dibalikin langsung klepek-klepek. Tapi dinamika itu merangsang kita untuk membawa tradisi intelektual dan berpikir rasional setiap hari,” kenangnya.

Mantan anggota DPR RI itu berpesan agar mahasiswa jangan takut melakukan kesalahan. Seseorang dapat belajar untuk berintrospeksi diri dan berperilaku lebih baik.

“Sebagai mahasiswa jangan takut salah. Salah itu biasa, jangan kecil hati. Belajar dari salah itu baik. Benar terus itu nyaris tidak mungkin. Kita akan belajar cermat dan itu bisa didapat dari bangku-bangku di pendidikan,” pesannya.

Ganjar juga mempersilakan mahasiswa yang tergabung dalam IKPM Jawa Tengah – Yogyakarta untuk magang di lingkungan Pemprov Jateng. Sehingga mahasiswa dapat menyaksikan langsung dan memahami tantangan dalam mengelola pemerintahan.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait