Lebaran Tak Hanya Salam Tempel

  • 11 Jul
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Berfungsinya sejumlah ruas tol di jalur Pantura saat mudik maupun balik lebaran lalu sempat dikeluhkan oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) setempat. Transaksi pembelian produk unggulan mereka menurun setelah jumlah pemudik yang melintasi sentra oleh-oleh berkurang.

Salah seorang pedagang oleh-oleh khas Brebes, Nurdin, turut mengeluhkan hal tersebut saat berdialog via telepon dengan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP pada program interaktif Mas Ganjar Menyapa bertajuk “Geliat Ekonomi Pascalebaran” di Rumah Dinas Puri Gedeh, Selasa (11/7). Menurutnya, setiap Lebaran, pemasukannya dari penjualan oleh meningkat tajam.

“Kalau menjelang lebaran itu kami biasanya membuat warung kaget, walaupun warung permanen jual oleh-olehnya juga ada. Padahal dari segi biaya juga standar, nggak saya naikkan. Tapi kemarin itu sepi sekali. Keluhan teman-teman itu karena ada tol,” ungkap warga Klampok itu.

Menanggapi keluhan Nurdin, Gubernur Ganjar Pranowo menerangkan, pihaknya telah meminta kepada pengelola tol agar 25-30 persen luasan rest area dapat dimanfaatkan sebagai etalase bagi para pelaku UMKM untuk memasarkan produk unggulannya. Tak hanya itu, pihaknya juga meminta pemkab/ pemkot untuk memperbaiki infrastruktur jalan. Sehingga pemudik nyaman melintasi jalan-jalan alternatif, kemudian berbelanja oleh-oleh di daerah.

“Daerah jalannya juga diperbaiki dong. Kalau jalannya mulus, orang cari jalan alternatif senang. Lewat Brebes ah, dalane wis apik sisan tuku endog asin. Lewat Pekalongan ah, silaturahmi sisan tuku batik,” ujarnya.

Mantan anggota DPR RI itu menjelaskan, kabupaten/ kota dapat memanfaatkan momentum mudik lebaran untuk menyerap investasi dari para pemudik. Terlebih, pemudik rata-rata membawa uang sekitar Rp 1 juta – Rp 5 juta ke kampung halamannya saat lebaran. Dengan uang tersebut, mereka tidak hanya bisa memberikan ‘salam tempel’ kepada sanak saudara, namun juga menanamkan investasi di kampung halamannya, baik di bidang pariwisata, kuliner, atau kerajinan tangan.

“Melalui polling, saya tanya kalau Anda mudik dan membawa uang belanja, apa yang Anda berikan untuk daerah? Apakah baju, kuliner, kasih angpao atau investasi di desa? Ternyata paling banyak angpao, kasih saudara. Tapi ada juga yang investasi di daerah. Ini menarik. Saya tanya lagi, paling banyak berapa sangu untuk mudik? Ternyata paling banyak jawabannya Rp 1 juta – Rp 5 juta,” bebernya.

Agar investasi yang ditanamkan semakin banyak, pemkab/ pemkot bahkan desa harus gencar memromosikan potensi daerahnya. Termasuk mempromosikan Bumdes.

“Sekarang kita harus membuat persiapan marketing. Kalau mereka mudik, kita siapkan yang konsumeris. Kita ajak piknik, kuliner, beli produk. Tapi yang mau investasi juga bisa datang. Kan di daerah itu banyak diasporanya. Kalau di desa ada koperasi, mereka (UMKM) bisa kerjasama, terus investor menjadi salah satu anggota koperasi, lalu menyuntikkan dana besar, kan itu bisa tumbuh. Tangkap peluang itu,” pesannya.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait