Lahirnya Pancasila Tak Lepas dari Peran Ulama 

  • 15 Aug
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Ribuan orang khususnya dari Kota Semarang dan sekitarnya berbondong-bondong memadati kawasan Tugu Muda Semarang untuk mengikuti Tausiah Kebangsaan yang digelar oleh Kodam IV/ Diponegoro, Senin (14/8) malam. Tausiah ini merupakan salah satu rangkaian Peringatan HUT ke-72 Kemerdekaan RI dan sekaligus untuk memperkuat jiwa Pancasila, sehingga bangsa Indonesia semakin kuat menghadapi setiap tantangan. 

Hadir dalam acara itu Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Condro Kirono, dan Pangdam IV/ Diponegoro Mayjen TNI Tatang Sulaiman, dan tokoh-tokoh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah.

Dalam sambutannya, Gubernur Pranowo mengatakan memasuki usia 72 tahun Indonesia merdeka masih banyak persoalan-persoalan kebangsaan yang belum terselesaikan. Di antaranya yang menjadi perhatian serius adalah narkoba dan radikalisme yang dapat memecah belah dan menghancurkan bangsa Indonesia serta generasi muda. Dia kembali mengingatkan kepada masyarakat, Indonesia lahir tidak didirikan oleh satu golongan saja, melainkan banyak golongan, salah satunya para ulama.

“Hari ini kita semua kembali, kembali, dan kembali mengingatkan bersama-sama, Indonesia lahir itu tidak pernah dibidani oleh satu golongan tapi dibidani oleh banyak golongan. Mereka berjuang, menumpahkan darah, nyawa, dan harta,” katanya.

Ganjar menyampaikan untuk mencegah meluasnya peredaran narkoba dan paham-paham radikalisme serta tindakan terorisme, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sudah bekerja sama dengan Kodam/IV Diponegoro dan para ulama menggelar khotbah serentak pada saat salat Jumat. Khotbah tersebut dimaksud untuk memberitahukan kepada masyarakat tentang bahaya narkoba dan radikalisme. Sehingga masyarakat bisa mengetahui bagaimana cara mengantisipasi dan mencegahnya.

Melalui khotbah inilah, imbuh Ganjar, ulama berperan aktif dan berkontribusi dalam merawat dan mempertahankan bangsa setelah merdeka. Tidak hanya menggelar khotbah kebangsaan, para ulama juga ikut membantu dalam merehabilitasi para eksnapiter (narapidana terorisme) untuk menjadi warga negara Indonesia yang baik dan taat serta patuh kepada Pancasila sebagai ideologi pemersatu yang diakui Indonesia.

“Cara-cara inilah yang lebih soft, cara-cara inilah yang bisa membikin hati sejuk, cara-cara inilah yang akan kita pertahankan untuk kemudian bendera merah putih akan terus berkibar selamanya,” ujar gubernur.

Mantan anggota DPR RI ini juga berpesan kepada masyarakat untuk tidak memaknai Peringatan HUT Kemerdekaan RI sebagai seremoni saja. Melainkan mampu memaknai lebih dalam serta menghayati setiap perjuangan-perjuangan untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan.

Sementara itu, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam sambutannya mengatakan lahirnya bangsa dan negara Indonesia, Pancasila serta UUD 1945 tidak terlepas dari peran para ulama. Sehingga dia merasa heran jika ada orang atau golongan yang mengaku ulama namun ingin mengubah Pancasila.

“Aneh jika ada ulama atau orang dengan pakaian ulama, tapi ingin mengubah Pancasila. Saya yakin dia bukan ulama Indonesia,” katanya.

Menurut Gatot, para ulamalah yang ikut merumuskan dan menyusun Pancasila dan landasan NKRI. Dia menduga ulama yang ingin merubah Pancasila adalah orang-orang asing maupun Indonesia yang dibayar untuk merusak rakyat.

Gatot juga menegaskan, ulama dan para santrinya merupakan orang yang berperan dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan dan diikuti oleh umat agama lain, seperti Kristen, Katolik, Buddha dan Hindu. Sehingga para ulama dan santrilah yang berperan dalam mewujudkan kehidupan berbangsa yang majemuk ini.

“Ulama dan santri yang selalu menjadi ujung tombak perjuangan. TNI saat itu belum ada dan masih bayi. Jadi saya tegas yang berkontribusi dalam kemerdekaan Indonesia adalah para ulama dan para pemuda santri,” pungkasnya.

 

Reporter : Kh, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait