Lahan Menyempit, Produksi Pertanian Jateng Justru Meningkat

  • 03 Dec
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Dalam lima tahun terakhir lahan pertanian di Jawa Tengah mengalami penyusutan. Namun hal tersebut berbanding terbalik jika dilihat dari produksinya yang justru meningkat.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng Suryo Banendro, mengatakan peningkatan produksi tersebut berkat modernisasi sistem pertanian. Jumlah petani di Jawa Tengah saat ini mencapai 2,88 juta dan mengelola lahan sawah sebesar 1.022.570,86 hektare. Dengan modernisasi pertanian, berhasil meningkatkan produksi.
“Pada tahun 2014 petani hanya bisa menghasilkan 5,3 ton gabah kering giling per hektare. Sementara saat ini bisa memroduksi 5,8 ton,” katanya, Selasa (3/12/2019).
Dengan total lahan sebesar 1,002 hektare itu, Suryo mengatakan petani bisa memproduksi 9,8 juta ton gabah kering giling atau 6,9 juta ton beras. Capaian itu jauh lebih besar dibanding produksi tahun 2014 yang hanya 9,6 juta ton padahal lahannya lebih luas, yakni 1,8 juta hektare.
“Kuncinya di modernisasi. Kalau dulu kan manual makanya produksinya rendah. Modernisasi itu dilakukan dari pemanfaatan bibit unggul, pupuk, penggunaan alat mesin pertanian sampai digitalisasi sistem pertanian,” ujarnya.
Saat ini total alat mesin pertanian yang dimanfaatkan petani Jawa Tengah sebanyak 447.192 unit yang terdiri dari 14 item. Di antaranya, transplanter sebanyak 1.536 unit, power Werder 1.242 unit, power teaser 13.487 unit, dryer 440 unit, dan RMU sebanyak 20.494 unit. Selain itu juga memanfaatkan bibit unggul, kedelai misalnya, Jawa Tengah berbangga dengan bibit unggul kedelai Grobogan.
“Ternyata itu lebih efektif. Selisih panennya sangat banyak. Secara riil jika kita lihat produksi meningkat, karena petani Jateng respon terhadap modernisasi sangat tinggi terutama dalam pemakaian benih unggul,” beber gubernur.
Selain pemanfaatan bibit unggul dan penggunaan alat mesin pertanian, Suryo mengakui peran petani milenial berdampak positif pada penerapan sistem pertanian modern tersebut. Saat ini petani milenial Jawa Tengah sebanyak 975 ribu orang atau 33,7 persen. Sementara petani usia di atas 50 tahun sebanyak 64,3 persen. Ditambah petani milenial dengan pendidikan sarjana sekitar dua persen atau sekitar 57.600 orang.
“Sekarang kita lagi konsen untuk meningkatkan SDM petani milenial. Di sektor hulu mereka sudah bagus, yang perlu kita perbaiki adalah di sektor hilir,” katanya.
Tahun ini Pemprov Jateng telah memberi pelatihan pada petani milenial sebanyak 2.000 orang terdiri dari kelompok tani sampai para santri. Konsen mereka pada 22 komoditi, dari hortikultura, tanaman pangan hingga perkebunan, utamanya kopi. Semuanya menggunakan sistem pertanian modern, dari produksi sampai penjualan. Misalnya yang konsen di kopi, didampingi dari tanam sampai penjualan, ditemukan langsung dengan buyer.
“Kita kasih materi pengolahan kopi sampai e-commerce. Penjualan secara online. Tahun depan target pelatihan kita tingkatkan sampai 3.000 petani,” tandasnya. (Humas Jateng)

Berita Terkait