Komite Sekolah dan Wali Murid Harus “Nyekrup”

  • 27 Mar
  • Prov Jateng
  • No Comments

 

Banyumas – Keterbukaan pihak sekolah, komite, dan orang tua/ wali siswa dalam merencanakan dan merealisasikan anggaran pendidikan di sekolah mutlak dilakukan. Sehingga, tidak lagi tudingan miring yang dialamatkan kepada pihak sekolah, saat orang tua dikenakan sumbangan pendidikan.

 

Hal tersebut ditekankan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP saat Pengarahan kepada Kepala SMA/SMK/SLB Negeri se-Eks Karesidenan Banyumas serta Launching Program e-Library dan MoU PPDB Online 2017/2018 Bagi SMA/SMK se-Provinsi Jawa Tengah Antara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah dan PT Telkom Indonesia, di SMAN 1 Banyumas, Senin (27/3).

 

Diakui, sejak kewenangan pengelolaan SMA/SMK beralih ke Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, sebagian besar sekolah tidak lagi menggratiskan iuran SPP, karena keterbatasan anggaran. Akibatnya, tidak sedikit orang tua murid yang mempertanyakan mengenai biaya yang dibebankan kepada mereka. Bahkan ada yang menganggap biaya tersebut sebagai pungutan liar.

 

Untuk itu, Ganjar meminta komite sekolah memberikan edukasi kepada orang tua/wali murid mengenai alih kewenangan pengelolaan SMA/ SMK berikut akibat yang ditimbulkan, termasuk, adanya iuran SPP. Dan iuran SPP yang dibebankan jika ditinjau dari regulasi yang ada bukan termasuk praktik pungutan liar.

 

“Inilah bagaimana kita bisa menjelaskan kepada wali murid. Kalau duit kita banyak bisa kita gratiskan. Tetapi kalau tidak (banyak), maka kita atur. Yang penting aturannya benar. Biasakan diri agar komite dengan wali murid itu benar-benar bisa ‘nyekrup’,” tegasnya.

 

Tak hanya iuran SPP, donasi-donasi yang diberikan oleh orang tua/wali murid untuk mendukung prestasi siswa pun bukan termasuk pungli. Alumnus UGM itu mengatakan, hal yang lumrah apabila orang tua/wali murid turut membiayai pengembangan minat dan bakat siswa. Seperti memberikan donasi untuk mendukung keikutsertaan putera-puterinya dalam kompetisi.

 

“Saya kira peran orang tua semakin banyak. Sikap filantropis, sikap mendukung, sikap ingin menyumbang itu semakin banyak,” lanjut gubernur.

 

Ganjar mencontohkan, beberapa waktu lalu kawan-kawan sekolah anaknya, Alam Ganjar, bersiap mengikuti perlombaan cheerleader ke Singapura. Sayangnya, dana untuk mengikuti kompetisi tersebut masih kurang. Maka orang tua/wali murid berinisiatif secara sukarela memberikan donasi agar putera-puterinya dapat mengikuti kejuaraan itu. Donasi semata-mata diberikan oleh mereka karena niat orang tua untuk mendukung kemajuan anak, bukan karena paksaan dari pihak sekolah.

 

“Kemarin teman-teman anak saya itu mau lomba cheerleader ke Singapura. Betapa senangnya mereka. Masih kurang Rp 35 juta. Akhirnya cari donasi-donasi ke orang tua. Ada yang mau nyumbang Rp 100 ribu, ada yang nggak mau nyumbang, ada yang mengatakan ini pungli. Saya pun bantu dengan ikhlas. Apa saya salah? Saya kalau lihat anak pintar itu senang,” bebernya.

 

Untuk itu, pihaknya meminta komite sekolah aktif berkomunikasi dengan orang tua/wali murid. Sehingga mereka memperoleh penjelasan yang memadai bahwa tidak semua dana yang dihimpun oleh sekolah termasuk pungli.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait