Kisah Robert Si Anak Kuntet, Dukun, dan Mantri Bambang

  • 25 Jul
  • bidang ikp
  • No Comments

PURBALINGGA – Malang nian nasib Robert. Di usianya yang menginjak 12 tahun, tinggi badannya tak sampai 150 sentimeter. Belum lagi, ia di-bully teman-temannya dengan sebutan kuntet alias pendek, dan disinyalir itu karena kena bendu (kutukan).

Kedua orang tuanya lantas membawa Robert ke dukun. Robert pun mendapatkan “penanganan”, dengan syarat menyediakan kembang tujuh rupa, tumpeng, dan sebagainya. Setelah dijampi-jampi , bukannya sembuh Robert malah pingsan. Sontak, orang tua Robert marah dan memaki si dukun yang katanya sakti itu.

Beruntung, saat itu ada Mantri Bambang yang lewat dan menengahi. Dari pak mantri itu, diketahui Robert tak kena kutukan. Kondisi badannya yang kuntet itu dinamakan stunting, karena ia tak mendapat gizi yang cukup. Sehingga tinggi badannya kurang, dan kecerdasannya lambat tumbuh.

Kisah tadi adalah fragmen drama ngapak “Aji Godong Jati Aking” yang disuguhkan Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra) Kabupaten Purbalingga, di Aula Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Senin (24/7/2023). Pertunjukan yang mengundang decak penonton itu, merupakan upaya Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Tengah, melalui program Pelayanan Informasi Kebijakan Daerah (PIKD), guna menyampaikan pesan pencegahan stunting, dan penuntasan kemiskinan di desa itu.

Lihat saja pesan yang kemudian disampaikan Mantri Bambang. Menurutnya, kondisi seperti Robert tersebut dapat diatasi dengan penanganan khusus, termasuk makanan bergizi. Kendati begitu, dia mengingatkan, jika pencegahan stunting jauh lebih penting untuk dilakukan, agar anak tidak mengalami gagal tumbuh dan kecerdasan yang kurang.

Caranya, imbuh Mantri Bambang, dengan mempersiapkan sejak remaja, mulai dari mencegah pernikahan dini dengan Jo Kawin Bocah, agar alat reproduksi lebih matang, kemudian mental dan perekonomian calon orang tua lebih mantap. Asupan gizi juga mesti diperhatikan, tidak saja selama kehamilan, melainkan sejak remaja, dengan menghindari anemia, salah satunya dengan mengonsumsi tablet zat besi.

Selama kehamilan, katanya, pantau dan periksa rutin setidaknya empat kali. Saat bayi sudah lahir, berikan ASI eksklusif hingga enam bulan, kemudian setelah enam bulan baru diberi makanan tambahan dengan gizi mencukupi.

Sementara, Kadiskominfo Jateng Riena Retnaningrum, membeberkan, kegiatan tersebut sekaligus bagian program Satu OPD Satu Desa Dampingan. Program yang dicetuskan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo itu, untuk mengentaskan kemiskinan, termasuk stunting dan masalah-masalah sosial lainnya. Kebetulan, sejak awal 2023, Diskominfo Jateng mendampingi Desa Panusupan.

Riena mengatakan, berbagai bantuan sudah digulirkan untuk warga Desa Panusupan. Di antaranya, pemasangan internet desa, penyaluran 14 paket rehab Rumah Tak Layak Huni, 250 paket beras, 250 paket makanan tambahan bagi anak stunting, bantuan reklame dan papan informasi desa, serta pelatihan bagi UMKM.

Di Panusupan, saat ini terdapat sekitar 60 anak yang mengalami stunting. Jumlah ini mengalami penurunan, dari sebelumnya sekitar 100 anak.

“Selain sosialisasi menggunakan digitalisasi, kita gandeng FK Metra dan kelompok informasi masyarakat (KIM) yang merupakan akar rumput, untuk menyampaikan program pemerintah yang saat ini concern dalam penanganan stunting,” ujarnya.

Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekda Jateng Ema Rachmawati mengapresiasi kegiatan tersebut.

“Untuk daerah tertentu masih efektif, karena tidak semua orang akrab dengan android atau IT. Ketika ada kesenian, selain menghibur orang, juga bisa memasukkan pesan sesuai dengan bahasa lokal,” tuturnya.

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mengatakan, rangkaian kegiatan itu adalah bentuk perhatian pemerintah kepada warganya.

“Jadi Pak Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo selama ini memberikan perhatian kepada Purbalingga, termasuk memberikan pendampingan kepada desa di Kabupaten Purbalingga, yang masih memerlukan sentuhan perhatian,” ucapnya.

Warga Desa Panusupan, Margianto menyebut, melalui penampilan tersebut,  dia jadi lebih paham tentang tentang apa itu stunting.

“Sebelumnya ya cuma dengar-dengar saja. Tapi setelah nonton ini jadi lebih paham. Stunting itu perkembangan anaknya tidak normal kecil, jadi harus banyak makan bergizi, menikah juga tak di bawah umur,” pungkas Margianto. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

 

 

 

Berita Terkait