Kinerja BPR di Jateng Jadi Barometer Nasional

  • 22 Nov
  • bidang ikp
  • No Comments

Bandungan – Berdasarkan data Kantor OJK Regional 3 Jateng DIY, aset BPR di Jawa Tengah pada triwulan ketiga 2017 mencapai Rp 27,2 triliun. Bila dibandingkan secara nasional, Jawa Tengah memenuhi angka di atas 22 persen.

Pernyataan tersebut disampaikan Ketua DPD Perbarindo Jawa Tengah Dadi Sumarsana pada acara Rakerda III dan Harmonisasi DPD Perbarindo Jateng, di Hotel Griya Persada, Selasa (21/11). Di samping aset, pertumbuhan kinerja BPR juga menggembirakan. Yakni mencapai 12 persen. Pertumbuhan positif itu diharapkan terus berlangsung hingga akhir tahun nanti.

“Menurut data yang kami dapat, di antara beberapa provinsi, lebih dicatat adalah Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah mengalami pertumbuhan tertinggi sampai dengan triwulan ketiga, yakni lebih dari 12 persen. Semoga pertumbuhan ini bisa terus berlangsung sampai akhir tahun,” terang Dadi.

Meski kinerjanya memuaskan, bukan berarti BPR tidak mengalami kendala. Persoalan yang dihadapi adalah net performing loan (NPL) yang cukup tinggi, yakni sebesar tujuh persen. Saat ini, pihaknya menggandeng PT Jamkrida untuk meminimalisasi risiko NPL tersebut.

Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP menilai, peran BPR masih sangat strategis dalam memberikan layanan perbankan, khususnya kepada masyarakat di level-level bawah. Terbukti dengan pertumbuhannya yang bagus. Karenanya, Ganjar menginginkan agar mereka bisa lebih mengambil peran di sisi itu.

“Terbayangkan tidak kalau BPR bisa mengidentifikasi masalah di wilayah masing-masing, terus Bapak/ ibu mengelola BPR se-Jateng kompak. Yuk bareng kita fasilitasi dengan aplikasi, maka akan mempermudah,” jelasnya.

Ganjar juga mengusulkan kepada Perbarindo agar melakukan penyesuaian produk perbankan, sehingga lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu menyiapkan “kurva kedua” bisnis perbankan yang membuatnya lebih friendly. Makna friendly, lanjut dia, artinya memberikan kemudahan akses perbankan, khususnya bagi masyarakat kecil.

“Kalau kurva kedua bisnis kita hari ini tidak kita siapkan, kita kolaps. Maka begitu kita lihat tantangan eksternal, kurva kedua mesti disiapkan. Membaca peluang besar, dan siapkan inovasi bisnis perbankan yang friendly,” saran Ganjar.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

 

Berita Terkait