Kenakan Sarung dan Koko, Ganjar Turun ke Sawah Jajal Jarwo

  • 22 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

Banyubiru – Ibu-ibu petani dari 12 kabupaten pamer kekompakan menanam padi dengan metode Jajar Legowo di Ngrapah, Banyubiru Kabupaten Semarang, Senin (22/10).

Ibu-ibu petani tersebut memang sengaja berkumpul di Ngrapah sejak subuh untuk beraksi di Festival Tanam Jajar Legowo. Festival tersebut aktif diadakan setiap masa tanam selama empat tahun terakhir ini. Gerakan mereka diinisiasi Konsorsium Beras Unggul Jawa Tengah.

Tidak tahan melihat aksi para perempuan paruh baya itu, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP pun ikut terjun ke sawah. Tanpa canggung, dia berbecek ria di lahan yang penuh lumpur. Padahal ia masih mengenakan baju boko dan sarung, usai memimpin upacara peringatan Hari Santri Nasional Keempat di Lapangan Pancasila (Simpanglima) Semarang.

Sarunge kena lumpur pak,” teriak salah satu petani.

Wes gak popo, tak cincinge,” sahut Ganjar seraya menarik ujung sarung ke atas kemudian dililitkan di pinggang.

Dia mengapresiasi petani yang menggunakan sistem jajar legowo. Cara tersebut tak hanya meningkatkan produksi hasil pertanian, tapi juga mengajarkan petani untuk beralih pada teknologi pertanian modern.

“Jarwo ini memberikan pemahaman baru cara menanam padi. Kedua, bisa menjelaskan pada masyarakat untuk beralih pada teknologi pertanian modern,” kata Ganjar.

Dalam sarasehan yang penuh keakraban, Ganjar menyinggung upaya penerapan sistem pertanian modern di Jawa Tengah. Kepada ibu-ibu petani maupun buruh tani yang hadir Ganjar menanyakan penggunaan peralatan pertanian modern apakah sudah diterapkan di wilayah masing-masing. Karena penggunaan peralatan modern di sektor pertanian sudah mendesak, terlebih minimnya generasi muda tani.

“Ada atau tidak ibu-ibu yang bisa menggunakan transplanter. Kita mau bantu. Kalau ibu-ibu menggunakan manual ya kasihan. Sudah sepuh-sepuh generasi muda tani juga tidak ada. Maka harus masuk mekanisasi,” katanya.

Yang menarik lagi, kata Ganjar, mereka bertani dengan metode baik. Hal itu terbukti ketika dia menanyakan lebih memilih mana menerapkan pertanian organik atau anorganik. Mendapat pertanyaan itu, ibu-ibu kompak menjawab memilih pertanian organik.

“Kalau ini bisa masuk, maka hasil pertaniannya bisa masuk kualifikasi premium, ini mahal sekali. Tugas kita membantu mereka memasarkan. Harapannya festival ini bisa memberi semangat agar masyarakat bisa bertani dengan baik,” kata Ganjar.

Pengurus Konsorsium Beras Unggul Jawa Tengah, Ruth Murtiasih Subodro, menyampaikan sedikitnya 40 regu tanam yang mengikuti festival itu. “Semua bergerak mendukung sedulur tani di 15 kabupaten untuk meningkatkan produksi dan jual salah satunya menerapkan SOP cara budidaya yang baik, metode tanam Jajar Legowo,” katanya.

Dijelaskan, metode tanam padi Jajar Legowo dilakukan dengan mengatur jarak antarbenih pada saat penanaman. Polanya, beberapa barisan tanaman yang diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam barisan. Sistem tersebut terbukti dapat meningkatkan hasil padi dibandingkan penggunaan sistem tradisional, bahkan mampu mendongkrak panen hingga 30 persen per hektare.

Festival kali itu juga didukung Kedutaan Besar Kerajaan Belanda. Deputi Ambassador Kerajaan Belanda, Ferdinan Lahnstein mengaku senang bisa membantu meningkatkan pengetahuan teknik pertanian dan wirausaha, terlebih dengan adanya konsorsium.

“Tahun 2016 Presiden Jokowi berkunjung ke Belanda, dan melihat sektor pertanian di sana, kemudian berbincang bagaimana caranya sistem pertanian di Belanda juga diterapkan di Indonesia. Dengan Jawa Tengah sebagai contohnya. Kami percaya ada tantangan, tapi kami percaya dengan pemerintah di sini,” katanya.

 

Penulis : Ib, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait