Kemas Legenda Borobudur Secara Milenial

  • 15 Feb
  • bidang ikp
  • No Comments

Yogyakarta – Pemerintah terus menggenjot kunjungan wisata Borobudur sebagai salah satu dari sepuluh destinasi wisata prioritas nasional. Pasalnya, jumlah wisatawan mancanegara yang melancong ke candi Budha terbesar di Tanah Air, bahkan dunia itu hanya berkisar sepersepuluh jika dibandingkan dengan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Angkor Wat, Kamboja.

“Angkor Wat itu 2,5 juta kunjungan pada tahun 2018, sedangkan Borobudur hanya 250 ribu, hanya sepersepuluh,” terang Menteri Pariwisata RI Arief Yahya saat menghadiri Seminar Legenda Borobudur di Royal Ambarukmo, Jumat (15/2/2019).

Arief menjelaskan, branding Angkor Wat sebagai “The Lost City” sukses membuat wisatawan mancanegara penasaran dan ingin menyaksikannya secara langsung. Pesona Angkor Wat yang ditayangkan melalui film-film terkenal juga semakin mendongkrak kunjungan wisata.

“Angkor Wat selalu dicitrakan sebagai The Lost City. Setidaknya ada sepuluh film besar yang memopulerkan Angkor Wat, seperti Tom Raider dan Indiana Jones, belum lagi novel-novelnya. Angkor Wat lebih populer dan lebih banyak dipromosikan dibanding Borobudur,” jelasnya.

Arief ingin, upaya memromosikan Borobudur pun dapat dilakukan secara kekinian. Legenda Borobudur perlu dikemas secara milenial agar destinasi wisata tersebut semakin populer, termasuk di kalangan kaum muda.

“Saya berharap seminar Legenda Borobudur bisa menghasilkan kisah dan narasi yang lebih imajinatif, lebih populer dan milenial. Adakan lomba karena dalam lomba itu ada involvement atau partisipasi,” harapnya.

Arief mencontohkan, lomba menulis legenda Borobudur rencananya diselenggarakan pada triwulan kedua tahun ini. Pihaknya juga ingin menyelenggarakan lomba vlog Borobudur yang melibatkan generasi millenial sebagai pesertanya. Terlebih, inbound travelers yang melancong ke Indonesia sebagian besar adalah kaum muda.

Dia menambahkan, tidak hanya memromosikan Borobudur dengan cara kekinian kepada wisatawan, pemerintah juga mendorong aksesibilitas menuju Bobodur. Karena saat ini akses melalui Bandara Adisutjipto masih terbatas dengan kapasitas berkisar 1,5 juta orang.

Apabila bandara baru di Provinsi DI Yogyakarta telah selesai, Arief yakin target dua juta kunjungan wisatawan mancenegara ke Borobudur dapat dicapai.

“Saya menjanjikan kepada Pak Presiden kalau bandara selesai, lima tahun kemudian jumlah wismannya adalah dua juta. Artinya akan ada devisa sebesar Rp2 miliar dolar AS,” bebernya.

Senada dengan Arief, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen juga mendukung peningkatan aksesibilitas untuk mendongkrak kunjungan wisata ke Borobudur.

“Semoga cepat terealisasi dan beroperasi bandara baru di Yogyakarta. Tapi yang menjadi tantangan kita bandara ini ada di Kulonprogo yang aksesnya terhadap destinasi wisata di sekitar bandara, seperti Borobudur dan Prambanan memang perlu dipikirkan secara matang. Saya setuju akses jalan juga harus dikembangkan,” ujarnya.

Gus Yasin, sapaan akrabnya menjelaskan, pemerintah pusat bersama dengan Pemprov Jateng dan Pemprov DIY merencanakan pembangunan jalur baru yang memudahkan akses destinasi wisata Borobudur dengan destinasi wisata pendukung lainnya.

“Yang akan kita laksanakan yaitu pembangunan jalan tol Semarang-Yogya yang langsung melalui Magelang,” pungkasnya.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Fb, Humas Jateng

Berita Terkait