“Judes Wae Dilaporke…”

  • 19 Jan
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – “Hari ini persoalan yang akan Anda hadapi di desa apa saja? Sebutkan tiga saja deh!”

Pertanyaan itu menjadi pembuka Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP ketika bertatap muka dengan 190 bidan desa dan 10 penyuluh pertanian, pada acara Ceramah Jam Pimpinan Gubernur Jawa Tengah pada Diklat Prajabatan Golongan II Tenaga Nonhonorer Pengangkatan Khusus Angkatan IV sampai VIII tahun 2018. Kegiatan itu berlangsung di Auditorium Sasana Widya Praja BPSDMD Jawa Tengah, Jumat (19/1).

Bidan bernama Astri Ariyani yang sudah menekuni profesinya selama 10 tahun mengacungkan tangan. Dia menyampaikan, di daerahnya, Wonosobo, masalah kesehatan yang perlu terus disosialisikan adalah menurunkan angka gizi buruk, angka kematian ibu, dan jambanisasi.

Bidan lain bernama Novia Nur Rizki dari Desa Rembes Kabupaten Semarang menyambung, masalah kesehatan di wilayahnya adalah kualitas air yang buruk, pernikahan dini, dan persoalan ibu hamil berisiko tinggi yang cukup banyak.

“Di desa saya kemarin memang risiko tingginya cukup banyak. Dari 30 ibu hamil yang saya tangani kemarin, yang melahirkan normal hanya enam. Karena ada yang tensinya tinggi, ada yang sudah terlalu tua, ada yang kurus. Kebanyakan kurus karena kurang energi kronis,” jelasnya.

Mendengar penjelasan Novia, Ganjar kemudian bertanya bagaimana cara mengawasi 24 ibu hamil berisiko tinggi agar mereka dapat melahirkan dengan selamat.

Novia pun mengatakan, di desanya sudah membentuk tim yang terdiri dari perangkat desa dan kader kesehatan. Satu ibu hamil berisiko tinggi, mendapat pendampingan satu kader. Apabila ada persoalan, kader yang mendampingi bisa menghubunginya melalui WA.

Tak hanya persoalan kesehatan yang mengemuka, masalah pertanian pun dibahas dalam pertemuan tersebut. Yulius asal Teras, Boyolali, yang berprofesi sebagai penyuluh pertanian mengemukakan, perlunya percepatan penggunaan kartu tani. Selain itu, penambahan luas lahan tanam padi, dan modernisasi alat pertanian karena minimnya SDM di bidang pertanian.

Sejumlah persoalan yang disampaikan para bidan dan penyuluh, memang sengaja diungkap Ganjar. Tujuannya, agar mereka bisa memberi pelayanan yang jauh lebih baik, ketika mereka sudah berganti status menjadi ASN.

“Hari ini orang melaporkan langsung kepada gubernur. Pak Gub, kemarin saya di rumah sakit, dilayani customer service-nya judes. Judes wae dilaporke aku. Artinya masyarakat berharap panjenengan memberi pelayanan prima. Padahal mungkin mau padhu karo bojone, lara untu, awake ora kepenak. Tapi begitu menghadapi masyarakat, pelayanan harus prima. Profesional,” sorot mantan anggota DPR RI itu.

Di samping profesional, lanjutnya, yang nomor satu harus dimiliki oleh ASN adalah integritas. Integritas akan sangat memengaruhi dalam mengambil kebijakan.

Njenengan mau jadi abdi negara lho ya. Camkan baik-baik. Saya harus punya integritas, punya passion jadi penyuluh, jadi bidan, maka saya akan kerjakan dengan baik. I’ll do my best. Ngono,” tegasnya seraya memberi contoh.

Rasa lelah melayani rakyat, imbuhnya, mungkin terbersit di pikiran. Namun, pikiran itu mesti dienyahkan dan digantikan dengan memikirkan kepuasan batin yang akan diterima ketika berhasil memberikan layanan yang baik bagi masyarakat.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait