Jika Mau Selamat, Butuh Peran Aktif Diri Sendiri

  • 14 Nov
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Belakangan ini curah hujan semakin tinggi, bahkan terkadang diikuti angin kencang. Menghadapi cuaca ekstrem semacam itu, masyarakat diimbau terus meningkatkan kewaspadaan dan mengantisipasi terjadinya bencana. Informasi kejadian bencana pun harus cepat disampaikan kepada pihak berwenang, agar dapat segera ditangani.

Hal itu terungkap dalam dialog interaktif “Gayeng Bareng Gubernur” di Studio TVRI Semarang, Senin (13/11). Dalam dialog bertema “Musim Hujan, Bencana, dan Kesehatan” ini, Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo SH MIP bertindak sebagai host. Sejumlah narasumber yang hadir antara lain Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Provinsi Jateng Sarwa Pramana, Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo, Kepala Dinas Sosial Jateng Nurhadi Amiyanto, petugas BMKG Semarang I Widya Harmoko, serta Ketua Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir Undip Dr Muhammad Helmi.

Kepala Pelaksana BPBD Jateng Sarwa Pramana menyebutkan, selama Oktober 2017 telah terjadi 201 bencana alam di berbagai daerah di Jateng. Yakni, 116 kejadian tanah longsor, 37 kejadian angin kecang, 23 kejadian banjir, serta 25 kejadian kebakaran.

Berbagai upaya dilakukan BPBD Jateng dalam rangka penanggulangan bencana. Antara lain menggelar rapat koordinasi dengan berbagai pihak terkait, menyebarkan nomor telepon posko dan informasi kepada masyarakat tentang kebencanaan melalui berbagai media termasuk media sosial, serta kesiapan logistik.

“Tidak kalah penting adalah memerintahkan para bupati berkoordinasi dengan berbagai pihak, melakukan resik-resik sungai, serta menyampaikan nomor kontak posko sampai ke tingkat masyarakat. Sehingga informasi dapat cepat tersebar dan warga bisa bersiap,” terangnya.

Sarwa mencontohkan hasil sebuah survei di Jepang menyatakan yang pertama dapat menyelamatkan saat terjadi bencana adalah diri sendiri. Sebab, upaya masyarakat untuk sampai ke lokasi kejadian kerapkali terkendala medan yang sulit dilalui.

“Intinya kalau mau selamat maka peran diri sendiri sangat diperlukan. Karenanya, pengetahuan tentang bencana bagi setiap orang itu menjadi penting,” imbuhnya.

Ditambahkan, agar masyarakat bisa melakukan antisipasi terhadap risiko bencana yang akan terjadi, pemprov juga telah membentuk Desa Tangguh Bencana. Melalui program tersebut, masyarakat terutama yang bermukim di daerah rawan bencana, mendapat pelatihan cara menghadapi saat terjadi bencana hingga pascabencana.

“BPBD juga melakukan sosialisasi di area bencana, peningkatan kapasitas relawan dan selalu bergerak bersama-sama antara pemerintah, organisasi, relawan, serta komunitas peduli yang ada di Jawa Tengah,” bebernya.

Senada disampaikan petugas BMKG Semarang I Widya Harmoko. Dia mengingatkan agar masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan saat terjadi perubahan cuaca ekstrem. Misalnya suhu udara tiba-tiba menjadi panas atau naik lima derajat celcius, angin bertiup kencang dan tanda-tanda alam lainnya, maka masyarakat harus cepat tanggap.

Saat musim hujan seperti sekarang, warga harus selalu waspada. Apalagi sampai beberapa bulan ke depan curah hujan mulai tinggi dengan puncaknya terjadi pada Januari 2018. Karenanya jika terjadi potensi bencana masyarakat diimbau bersiap menyelamatkan diri dan mencari tempat perlindungan yang aman. Seperti saat hujan lebat jangan berteduh di bawah pohon atau bangunan tua.

“Jika ada informasi mengenai peningkatan cuaca ekstrem dari BMKG, masyarakat segera siap siaga dan waspada. Perhatikan juga informasi-informasi dari kami tentang prakiraan cuaca yang disampaikan lewat media sosial maupun lainnya,” pintanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Yulianto Prabowo menambahkan, saat curah hujan tinggi seperti sekarang dan air tidak dikelola dengan baik, dapat berpotensi menjadi bencana. Berbagai penyakit akan muncul akibat genangan air yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Belum lagi bermacam kotoran yang masuk dan mencemari sumber-sumber air minum dan makanan, yang kemudian menimbulkan penyakit diare, tipes, kolera, dan lainnya.

Gubernur Ganjar mengatakan, selalu ada laporan yang masuk ke pemprov, baik melalui kanal Lapor Gub maupun media sosial. Berbagai laporan itu cukup efektif untuk bisa merespon dan mengetahui kejadian di masyarakat. Misalnya informasi dari akun twitter Zon Mation yang melaporkan terjadi banjir lengkap dengan foto kondisi bencana banjir di Kedungbener, Kebumen. Atas informasi tersebut, BPBD setempat dan OPD terkait langsung merespon dan menindaklanjuti laporan bencana dari warga tersebut.

“Saya berterima kasih kepada semua, karena saat terjadi bencana birokrasi ini bisa berjalan, tanggap, merespon menggunakan teknologi-teknologi digital, jadi ini disebut juga birokrasi zaman now,” guraunya.

Ganjar menyimpulkan bencana alam bisa datang kapan saja, di manapun, serta dapat menimpa siapapun. Sehingga semua harus selalu waspada dan “niteni” atau memahami tanda-tanda akan terjadi bencana, serta memperhatikan informasi terkait kebencanaan dari berbagai instansi terkait. Misalnya ketika BMKG menyampaikan ramalan cuaca adanya peningkatan suhu maka masyarakat siap-siap dan waspada.

“Ada informasi yang harus kita bagi kepada masyarakat. Media sosial bisa digunakan untuk menyampaikan informasi tentang hari ini terjadi apa di tempat kita dan apa yang perlu diwaspadai. Sehingga jika terjadi bencana kita dapat baca dan mengurangi risiko bencana,” pungkasnya.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait