Jateng Optimistis Capai Target Investasi

  • 12 Dec
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Provinsi Jawa Tengah menduduki rangking enam dari 35 provinsi di Indonesia atas realisasi  investasi. Mengingat potensinya yang kuat, pemerintah provinsi ini didorong untuk terus berbenah, meningkatkan pelayanan dan reformasi birokrasi, agar dapat menarik lebih banyak investor.

“Kalau kita lihat kemampuan atau potensi Jawa Tengah untuk menarik investor sebetulnya sangat luar biasa. Karena penduduknya besar, kondusivitas cukup stabil, dan sekarang konektivitas infrastruktur sudah luar biasa meningkat,” beber Menteri Keuangan RI Sri Mulyani, pada “Seminar Ekonomi Prospek Bisnis dan Investasi Jawa Tengah 2019”, di Hotel Aston Semarang, Rabu (12/12).

Hadir pula dalam seminar tersebut Sekretaris Daerah Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jateng Kukrit Suryo W, para pengusaha, akademisi, dan pengamat ekonomi.

Perempuan kelahiran Semarang itu mengatakan, pada 2019 mendatang pemerintah akan terus menjaga sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dengan melihat berbagai risiko yang harus diwaspadai. Termasuk, kebijakan moneter di Amerika Serikat yang menaikan suku bunga, terus berlangsungnya perang dagang yang menimbulkan ketidakpastian dan akan berimplikasi terhadap ekspor. Selain itu, pelemahan perekonomian RRC, geopolitik serta volatilitas harga-harga komoditas.

“Pemerintah akan terus menjaga perekonomian seperti tahun 2018 di mana dinamikanya sangat tinggi,” katanya.

Sementara itu, Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo SH MIP dalam sambutan tertulis yang dibacakan Sekretaris Daerah Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP pada pembukaan Seminar Ekonomi Prospek Investasi Jawa Tengah 2019 menyampaikan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah optimistis target investasi 2018 sebesar Rp47,15 triliun bakal tercapai. Karenanya berbagai upaya guna menarik investor menanamkan investasinya di Jateng terus dilakukan.

Disebutkan, total investasi yang masuk pada triwulan I sampai III tahun 2018 mencapai Rp 41,94 triliun. Terdiri dari investasi PMA 1,6 miliar USD atau Rp21,46 triliun dan PMDN tercapai Rp20,48 triliun. Pemprov pun optimistis target Rp47,15 triliun dapat tercapai.

“Saya optimistis, karena Pemprov Jateng telah membuat berbagai program yang memudahkan para investor berinvestasi, seperti, Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK), reformasi peraturan perizinan dan penggunaan sistem Online Single Submission (OSS), Investasi dan Pariwisata Jawa Tengah (Keris Jateng/ Koridor Ekonomi Perdagangan Investasi dan Pariwisata), serta program lainnya,” beber gubernur.

Menurutnya, investasi berperan penting dan strategis untuk menggerakkan roda pembangunan. Dengan banyaknya investasi yang masuk maka akan menggerakkan perekonomian masyarakat serta membuka kesempatan kerja, sehingga mendukung penurunan angka pengangguran dan kemiskinan.

Ditambahkan, untuk menarik calon investor, tidak cukup dengan mengandalkan ketersediaan tenaga dan upah yang kompetitif. Namun juga dipengaruhi kinerja pelayanan, regulasi daerah, penyediaan infrastruktur, dan ketersediaan lahan. Tidak kalah penting adalah kondusivitas daerah karena investor butuh investasinya terjamin, aman, nyaman dan tidak ada kerusuhan yang dapat menyebabkan investasinya terganggu.

Berbagai upaya menarik investor untuk datang ke Jawa Tengah terus dilakukan, salah satunya memperbaiki sarana pendukung investasi, seperti infrastruktur bandara, pelabuhan, jalan tol, perkeretaapian, ketenagalistrikan, dan kawasan industri. Untuk infrastruktur industri, Jateng memiliki delapan kawasan industri eksisting. Di antaranya Kawasan Industri Kendal (KIK), Kawasan Industri Wijayakusuma, Kawasan Industri Bukit Semarang Baru (BSB), Tanjung Emas Export Processing Zone (TEPZ), dan Jatengland Industrial Park Sayung (JIPS).

Selain pembangunan infrastruktur pendukung investasi, pemprov juga menyiapkan SDM yang berkualitas. Guna mendukung tersedianya tenaga kerja untuk dunia usaha, pemprov juga menyediakan fasilitas pendidikan dan pelatihan SDM agar tercipta SDM berkualitas dan siap bekerja sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.

“Faktor lainnya, yang bisa menarik investor adalah sifat masyarakat Jawa Tengah cenderung sopan, sederhana, rajin, dan mudah menerima perubahan. Budaya ini dapat menjadi keuntungan bagi para investor. Upah tenaga kerja di Jawa Tengah juga kompetitif dibandingkan provinsi lain,” imbuh Ganjar.

Dalam kesempatan itu, gubernur menjelaskan berbagai potensi investasi unggulan yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota di Jateng. Baik sektor primer, sekunder maupun tersier yang sangat layak dikembangkan menjadi peluang investasi. Salah satunya bidang industri pariwisata, Jawa Tengah memiliki banyak destinasi ungulan.

Sedikitnya, 467 daya tarik wisata (DTW) ada di Jawa Tengah, terdiri dari 148 DTW alam, 85 DTW budaya, 117 DTW buatan, 19 DTW minat khusus, serta 98 event. Ada pula destinasi yang masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), yaitu Borobudur, Karimunjawa, Dieng, dan Sangiran. Destinasi-destinasi tersebut didukung dengan adanya konektivitas Jogjakarta–Solo–Semarang.

Selain potensi pariwisata, kata dia, investor juga terus didorong untuk masuk di sektor pertanian dan perkebunan, karena potensi pertanian dan perkebunan di Jateng juga begitu besar. Tidak hanya itu, kondisi Jawa Tengah yang memiliki 33 buah pulau-pulau kecil dan memiliki panjang garis pantai 797,73 KM, dengan jumlah nelayan mencapai 172.214 orang, dan rumah tangga pembudidaya 215.736 rumah tangga.

“Besarnya potensi SDA maupun SDM yang kami miliki dan didukung oleh berbagai program pembangunan yang telah kami lakukan dan rencanakan, maka tahun depan optimistis investasi di Jawa Tengah akan terus bergerak kearah yang positif,” pungkasnya.

Senada disampaikan Ketua Kadin Jateng Kukrit Suryo Wicaksono. Dia menyampaikan, investasi Jateng hingga triwulan ketiga 2018 sudah mencapai Rp41 triliun, dan capaian tersebut merupakan tertinggi se-Indonesia. Kondisi seperti itu harus dijaga dan terus ditingkatkan agar Jateng menjadi ‘primadona’ bagi para investor.

Terlebih akses infrastruktur Jawa Tengah yang semakin mendukung pertumbuhan ekonomi. Seperti adanya beberapa bandara baru, pembangunan Tol Semarang-Solo dan Tol Batang-Semarang yang sekitar akhir 2019 akan menyambung.

“Kalau banyak investor masuk maka lapangan kerja akan terbuka dan banyak warga yang belerja, kemudian mereka  memiliki pendapatan sehingga daya beli menjadi meningkat. Bahkan membuka usaha apapun akan laku karena banyak yang bekerja,” terangnya.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait