Jateng Kirim 6 Guru ke Queensland

  • 15 Aug
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Enam orang guru sekolah menengah dari Jawa Tengah akan dikirim ke Queensland untuk mengikuti kursus singkat Bahasa Inggris di University of Southern Queensland di Towoomba. Mereka akan mengikuti kursus selama sebulan, dari 20 Agustus – 17 September dengan biaya dari pemerintah Australia.

Saat beraudiensi dengan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP untuk berpamitan, di ruang kerja gubernur, Selasa (15/8), Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah  Drs Gatot Bambang Hastowo MPd mengatakan, enam guru yang dikirim ke Queensland adalah Aji Rizki Amalia, Dewi Hasanah, Tri Yuniarti Retno K, Upik Hastuti, Indria Mustika dan Winda Prasepty. Mereka antara lain dari SMA 1 Purworejo, SMA 2 Purbalingga, SMK 1 Sragi Pekalongan, dan SMK Muhammadiyah Ajibarang. Keenamnya terpilih mengikuti kursus yang merupakan kerja sama antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Australia, setelah dinyatakan lulus dari serangkaian tes.

Kepada para guru yang hendak belajar di Queensland, Gubernur Ganjar Pranowo berpesan agar mereka bisa mengambil banyak ilmu pendidikan di negara kanguru itu. Di waktu luang, mereka bisa berkunjung ke SMA/ SMK untuk melakukan observasi dan mencari akses agar bisa saling sharing.

“Sambil belajar, kalau bisa mampir ke SMA atau SMK disana. Coba Anda observe. Bagaimana sih sistem belajar mengajar di sana. Syukur-syukur kalau ada praktik, Anda datang. Coba explore, Anda tanya ke siswa, mereka sekolah senang atau tidak. Kenapa mereka senang. Bagaimana guru mengajar, bagaimana guru mempersiapkan, bagaimana suasana belajar mengajarnya. Ini untuk kita meng-adopt,” kata dia.

Ditambahkan, sebenarnya dia ingin mendapatkan akses mengenai pendidikan di Finlandia.  Sebab, menurutnya, sistem pendidikan di negara tersebut sangat menyenangkan. Para siswa tidak perlu belajar seharian di sekolah, cukup empat-sampai lima jam per hari.  Namun meski belajarnya tidak lama, Finlandia termasuk negara maju.

“Saya inginnya ke Finlandia. Full day school itu khawatirnya anak-anak jadi merasa capek atau malas. Saya khawatir anak-anak malas. Sekarang kita coba cari sekolah yang nggak usah lama-lama, tapi menyenangkan dan bagaimana menumbuhkan reading habbit untuk meningkatkan literasi,” harapnya.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait