SEMARANG – Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Tengah terus memperkuat strategi pendampingan bagi para produsen maupun pengrajin batik lokal. Upaya itu dinilai penting, mengingat Jateng menjadi provinsi dengan jumlah produsen batik terbesar di Indonesia.
Menurut data Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Kementerian Perindustrian, Jateng tercatat memiliki sebanyak 2.299 unit produsen batik. Jumlah tersebut jauh melampaui provinsi lainnya, seperti Jawa Timur dengan 216 unit produsen, DIY 180 produsen, dan Jawa Barat 115 produsen batik.
Ketua Dekranasda Jateng, Nawal Arafah Yasin menyampaikan, besarnya jumlah produsen batik merupakan potensi sekaligus tantangan. Oleh karena itu, pihaknya terus memperkuat strategi pendampingan yang berkelanjutan.
Adapun strategi pertama yang digenjot ialah membekali para pelaku UMKM batik di Jawa Tengah dengan keterampilan digital marketing, agar produk-produknya dapat menembus pasar yang lebih luas.
“Pertama tantangan kita hari ini, jadi literasi digital masih belum semua pelaku UMKM kita itu bisa menguasai,” kata Nawal seusai Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Dekranasda Jateng 2025-2026 di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Kompleks Kantor Gubernur, Senin (15/12/2025).
Kedua, pihaknya juga terus meningkatkan kualitas produk lokal melalui standarisasi. Terkait hal ini, Dekranasda menggandeng Bank Indonesia (BI) Provinsi Jateng dalam proses kurasi.
Strategi ketiga, lanjut Nawal, yaitu dengan regenerasi pengrajin. Pasalnya pada 2020 hingga 2024, jumlah pengrajin batik di Jawa Tengah menurun 40 persen, dari 82.550 menjadi 49.530 pengrajin.
“Sehingga yang kita lakukan adalah kurikulum sekolah-sekolah ada (pelajaran) membatik. Kemudian juga kita sudah melakukan pelatihan-pelatihan juga lewat SMK-SMK yang ada,” ungkap istri Wakil Gubernur Jateng tersebut.
Upaya lainnya, dengan memperbanyak pelatihan ready to wear bagi perancang busana yang bergelut di industri batik, agar dapat menciptakan produk yang langsung jadi untuk dipasarkan maupun dipamerkan.
Pada 2026, Dekranasda Jateng telah menyiapkan tiga event pameran unggulan. Yakni Dekranasda Jateng Modest Fest saat bulan Ramadan, Jateng InFashion, dan UMKM Jateng Fair di Sarinah Jakarta.
Lebih lanjut, Nawal menekankan pentingnya upaya pelestarian batik di tiap daerah, yang memiliki motif dan ciri khas tersendiri. Contohnya, batik tulis Rifa’iyah Batang yang saat ini terus dijaga, karena sudah ada empat motif yang hilang.
Dikatakan, berbagai upaya pendampingan tersebut juga bertujuan untuk menggenjot produksi batik, agar menembus pasar global. Seperti pada 2024 lalu, ekspor batik Jateng mengalami kenaikan hingga 76 persen.
Menurut Nawal, hal ini juga untuk mendukung visi Gubernur Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin, yang menjadikan sektor UMKM sebagai penggerak perekonomian Jawa Tengah.
“Batik ini masih menjadi salah satu komoditas yang paling laris, ya ketika kita melakukan ekspor di mana-mana,” ungkap Ketua TP PKK dan TP Posyandu Jateng ini.
Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen mengapresiasi langkah Dekranasda yang terus melakukan pembinaan. Termasuk memfasilitasi produk UMKM dalam ajang pameran nasional maupun internasional.
Dia menjelaskan, dukungan Pemprov terhadap pelaku UMKM, salah satunya dilakukan dengan akses permodalan dari Bank Jateng. Dari Januari hingga Oktober 2025, total kredit usaha rakyat (KUR) yang tersalurkan mencapai 34,3 triliun untuk 667.067 debitur.
Selain ekonomi menengah ke bawah, Pemprov juga terus menggenjot ekonomi menengah ke atas, dengan memasarkan potensi kawasan industri dan menyiapkan kawasan industri baru untuk menarik investasi ke Jawa Tengah.
“Ini supaya pemerataan ekonomi benar-benar dirasakan oleh masyarakat Jawa, Jawa Tengah khususnya. Sehingga pembangunan benar-benar menyeluruh,” tandas Gus Yasin, sapaan akrabnya. (At/Ul, Diskominfo Jateng)

