Jangan Terkoyak oleh Kepentingan Politik Sesaat

  • 01 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Suasana bahagia dan akrab menyelimuti acara Tumpengan Merah Putih di halaman Kantor Gubernur, Jalan Pahlawan Kota Semarang, Minggu (30/9) malam. Pejabat, ulama, tokoh lintas agama, serta masyarakat umum berbaur, duduk lesehan sembari menikmati nasi tumpeng.

Suasana semakin hangat ketika untaian salawat dan puisi diiringi rebana modern mengalun syahdu. Tidak hanya hiburan bernuansa Islami, musik Yangqin persembahan dari Kelenteng Tay Kak Sie Semarang pun tidak kalah menawan. Nada lagu-lagu perjuangan terdengar indah dari alat musik asal Cina tersebut.

Hadir dalam perhelatan tersebut Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP, Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen, ulama sekaligus budayawan KH Mustofa Bisri atau Gus Mus, budayawan Sosiawan Leak dan Prie GS, Ketua MUI Jateng Ahmad Darodji, tokoh lintas agama, Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Amir Mahmud, Forkopimda, tokoh masyarakat dan budayawan Jateng.

Penampilan budayawan Sosiawan Leak di atas panggung pun memukau pengunjung. Puisi karangan pria bernama asli Sosiawan Budi Sulistyo itu, mengisahkan tentang perjuangan dan pengorbanan para pahlawan demi kemerdekaan Indonesia. Bait demi bait puisi yang dibawakan oleh seniman asal Surakarta tersebut membakar semangat, dan patut menjadi renungan bersama.

Disampaikan, pengorbanan nyawa, harta, dan keluarga para pejuang untuk Indonesia kini seolah tak dihargai oleh penerus bangsa. Ujaran kebencian marak, Pancasila diinjak-injak, persatuan dan kesatuan terancam pecah, dan kerukunan yang terbina indah sekarang terkoyak hanya karena beda pandangan politik.

Tidak kalah dengan Sosiawan Leak, Gus Mus juga mempersembahkan sajak dan puisi untuk Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng. Dengan iringan saksofon yang dimainkan Romo Budi dan Dirut Bank Jateng Supriyatno, sajak berjudul “Cucu dan Kakek” serta puisi “Nabi Sulaiman Tersenyum”, membuat susana Tumpengan Merah Putih kian hidup.

Menurut Gus Mus, penampilan Leak yang luar biasa, menggambarkan kerisauan dan kegundahan negeri Indonesia, karena maraknya ujaran kebencian di dunia maya atau media sosial. Seolah semua tidak saling mengenal dan saling merendahkan dengan sesama.

“Saya sering minta kepada semuanya, mbok seringlah kopdar (kopi darat), jangan hanya bergaul di media sosial, karena kalau kopdar seperti ini kita akan tahu sama-sama manusia semua dimuliakan oleh Allah. Tetapi di medsos kita merendahkan diri kita sendiri yang dimuliakan oleh Tuhan,” bebernya.

Dalam kesempatan tersebut, budayawan asal Rembang itu mengajak masyarakat Jateng turut mendoakan warga Palu yang menjadi korban gempa bumi beberapa hari lalu. Menurutnya, masyarakat Jateng dengan Palu, Lombok maupun daerah lain di penjuru nusantara adalah satu tubuh Indonesia. Sehingga ketika ada daerah yang terluka maka semua turut berduka.

“Maka yang bisa kita lakukan adalah minimal berdoa untuk saudara-saudara kita. Semoga yang dipanggil mendapat tempat layak di sisi Allah, dan mereka yang ditinggalkan mendapat tawakal dan kesabaran. Korban yang terluka akan lekas sembuh dan mereka yang tidak mempunyai rumah mendapat bantuan,” bebernya.

Gubernur Ganjar Pranowo mengapresiasi kegiatan tersebut. Kegiatan yang digagas PWI dan FKUB Jateng itu menjadi ajang pertemuan pejabat, warga, tokoh agama, dan seniman dalam format berbeda. Semua dapat kumpul dan berbincang bersama kemudian menyampaikan pesan cinta, pesan kebahagiaan dan optimisme dengan cara masing-masing.

“Kita bertemu tidak bermusuhan atau ngamukan tetapi semua tersenyum sehingga hati menjadi sejuk. Dahulu pada tanggal sekarang ini (30 September) kita memperingati dengan hati mencekam, benderanya setengah tiang,” ujar gubernur.

Orang nomor satu di Jateng itu pun mengagumi aksi panggung Sosiawan Leak. Menurutnya, judul puisi yang dibawakan Sosiawan Leak lebih tepatnya adalah Cebong dan Kampret. Sedangkan amanat dari puisi itu adalah, jangan robek-robek Sang Merah Putih, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika, jangan diinjak-injak dan jangan pula diludahi karena Merah Putih, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika merupakan lem atau perekat bangsa Indonesia.

“Indonesia membutuhkan kita bersatu, kita butuh kesatuan, kita tidak boleh dikoyak-koyak oleh kepentingan politik sesaat, jangan sampai diadu dan bertubrukan. Merebut kemerdekaan Indonesia itu mahal, maka tugas generasi bangsa merawat Indonesia, membangun solidaritas, selalu guyub dan rukun,” pintanya.

Terkait bencana yang tengah menimpa Palu, gubernur meminta warga Jawa Tengah turut peduli dan menginspirasi untuk kebaikan bersama, seperti saat gempa melanda Lombok. Jateng menyumbangkan infak dari dua masjid besar di Semarang untuk para korban gempa bumi di Lombok, memberikan bantuan makanan dan minuman, layanan kesehatan dan pendidikan, bahkan yang membanggakan, tidak sedikit warga Jateng menjadi relawan di Lombok, NTB.

“Bagaimanapun suasananya, kita harus terus semangat dan gegap gempita, duka warga Palu juga duka masyarakat Jateng. Karenanya semua harus bertindak, mengerahkan seluruh kekuatan untuk membantu saudara-saudara kita di Palu, memberikan semangat, dan dorongan,” pintanya.

Mantan anggota DPR RI ini menyebutkan, BPBD Jateng bersama relawan dan berbagai organisasi masyarakat seperti Banser, Kokam dan mahasiswa sudah siap membantu. Selain itu semua warga juga dapat membantu dalam bentuk apapun, minimal doa untuk para korban gempa Palu.

“Saya tadi pagi car free day di Solo. Saya sangat senang melihat mahasiswa bergerak, tidak ada aksi politik, demo caci maki, semua berbicara bagaimana kita mengumpulkan seluruh daya dan upaya minimal doa untuk saudara-saudara kita yang terkena musibah,” terangnya.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait