Jangan Puas dengan Gelar, Tapi Harus “Plus-plus”

  • 01 Aug
  • bidang ikp
  • No Comments

Bandungan – Dengan datangnya Revolusi Industri 4.0 persaingan untuk mendapatkan pekerjaan akan semakin ketat. Untuk itulah para sarjana lulusan perguruan tinggi jangan hanya puas dengan ijazah S2 atau S3 saja, namun harus memiliki keterampilan dan keahlian yang dapat meningkatkan kompetensi untuk bersaing di dunia kerja.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP menyampaikan, menurut data dari kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) jumlah sarjana yang menganggur di Indonesia mencapai 8,8 persen dari total 7 juta pengangguran atau sekitar 630.000 orang. Banyaknya sarjana pengangguran karena mayoritas mereka adalah job seeker bukannya menjadi job creator, sehingga mereka hanya mengandalkan pekerjaan sesuai dengan bidang keilmuan mereka dan tidak mencoba berkreasi maupun berinovasi membuat pekerjaan baru.

“Mayoritas lulusan kita ini adalah job seeker bukan job creator, jadi seolah-olah setelah lulus kuliah bukan kreatif menciptakan pekerjaan tapi njagakke pekerjaan. Makanya sekarang menumpuk banyak, terlebih lagi setelah moratorium 3-4 tahun ini,” katanya saat menjadi narasumber dalam Workshop Finalisasi Rencana Pembelajaran Semester (RPS) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Diponegoro di Hotel Griya Persada Bandungan, Kabupaten Semarang, Selasa (31/7) sore.

Karenanya, selain memiliki hard skill di bidang akademi seorang sarjana harus memiliki soft skill atau keterampilan. Sehingga mereka bisa menjadi sarjana yang mumpuni tidak hanya memiliki pengetahuan tapi juga keahlian dan mampu berkreasi serta berinovasi.

“Jadi sarjana itu jangan puas dengan gelar S2 atau S3 tapi harus ‘plus-plus’. Artinya keterampilan itu adalah plus-plusnya seperti penguasaan bahasa asing, keterampilan di bidang IT atau keterampilan di bidang lainnya,” tutur Sekda.

Untuk mendapatkan keahlian dan keterampilan tersebut, imbuh Sri Puryono, mahasiswa harus lebih aktif. Tidak hanya di dalam kampus namun juga di luar kampus, dengan cara berorganisasi, bersosialisasi maupun berkomunikasi dengan dunia luar untuk menambah ilmu pengetahuan, keterampilan, dan wawasan.

Pihak perguruan tinggi yang berperan dalam menyiapkan lulusan pencetak lapangan kerja bertugas memberikan dukungan, dorongan dan memfasilitasi mahasiswa agar menguasai soft skill sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni. Salah satu bentuk fasilitas yang bisa diberikan, dengan merumuskan soft skill yang akan diberikan kepada mahasiswa sehingga menjadi sarjana yang mumpuni.

“Kalau dulu kan ada namanya diskusi kelompok waktu kita di SMA dulu. Nah di perguruan tinggi bisa diangkat kembali, kemudian juga bisa memberikan satu tugas agar mereka bisa belajar berkomunikasi dengan dunia luar,” ujar mantan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah ini.

Menurut Sri Puryono metode pembelajaran yang harus segera diterapkan dengan berorientasi kepada mahasiswa atau student center learning dengan lebih banyak mendiskusikan mata kuliah kepada mahasiswa, sehingga mereka bisa terpacu untuk lebih aktif. Selain itu, perkuliahan juga jangan hanya di dalam kampus namun juga di luar kampus agar mahasiswa bisa memperkaya pengetahuan dan pengalaman.

Mahasiswa sangat senang dan tertarik ketika kuliah itu mendiskusikan materi kuliah yang diberikan. Itu juga mengharuskan mereka untuk membaca,” pungkasnya.

 

Penulis : Kh, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait