Jangan Lelah Berikan Edukasi Kesehatan

  • 17 Nov
  • bidang ikp
  • No Comments

Sragen – Yel – yel Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng, terdengar membahana di Sasana Kridha Sukowati, Kamis (16/11). Mereka yang meneriakkan yel-yel itu adalah para kader posyandu dan kesehatan se-Kabupaten Sragen yang sedang melaksanakan kegiatan Refreshing Tenaga Kesehatan.

Mendengar yel-yel yang diteriakkan dengan semangat itu, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP langsung bertanya, apa yang dilakukan para kader posyandu jika mengetahui ada warga yang hamil.

Triyani, salah satu kader menjawab, seorang kader harus memberitahu, agar kehamilan rutin diperiksakan, makan bergizi, dan menjawab dengan jujur apabila ditanya mengenai kondisi kesehatannya.

Jawaban itu pun disambut positif Ganjar. Namun, dia kembali menguji kemampuan kader dengan menanyakan, daerah mana yang angka kematian ibu dan bayinya nomor tinggi kedua di Jawa Tengah.

Triyani dengan sigap menjawab, Kota Semarang. Lagi-lagi Ganjar puas dengan jawabannya. Tapi, orang nomor satu di Jawa Tengah itu kembali mengujinya.

“Kira-kira, menurut Anda, kok nganti Kota Semarang AKI lan AKB-nya tinggi? Padahal rumah sakit akeh, dokter obgyn akeh, fasilitas kesehatan ora kurang, ” tanyanya.

Triyani dengan tangkas menjawab, tingginya AKI dan AKB di Kota Semarang bisa saja disebabkan faktor seorang ibu yang terlalu muda melahirkan, terlalu tua melahirkan, terlalu sering melahirkan, atau terlalu dekat jarak melahirkannya.

Pengetahuan kader posyandu yang terbilang baik, mendapat sambutan positif dari Ganjar. Dia pun berpesan agar para kader posyandu dan kesehatan tidak mudah menyerah ketika sulit memberikan edukasi kepada masyarakat. Sebab, dia yakin, dalam memberikan sosialisasi ada saja yang sulit menerima. Salah satunya penggunaan jamban.

Sulitnya penyadaran penggunaan jamban juga diakui kader bernama Jumini. Dia menyampaikan, ada dua kepala keluarga di daerahnya yang mesti sudah memiliki jamban, tidak mau menggunakannya. Alasannya karena tidak bisa BAB jika kakinya tidak terkena air. Dia pun merasa kesulitan memberitahunya.

Keluhan itu ditanggapi Ganjar dengan memberikan motivasi agar tidak lelah memberikan edukasi. Kader bisa menyampaikan dampak dari buang air besar sembarangan bagi kesehatan.

Tetep dikandhani niku mangke nggih. Ben lingkungane resik. Dadose sehat, mboten padha sakit,” pintanya.

Sebelumnya, Ganjar berdialog dengan masyarakat di situs Sangiran Kluster Ngebung dalam program Ngopi Bareng Gubernur. Dalam dialog itu, dia mengobrol dengan seorang ibu bernama Parti. Ibu yang berusia senja itu bercerita, bahwa rumahnya sudah dibantu renovasi. Tapi, dia tidak memiliki peralatan rumah tangga, seperti kompor, gas, kasur dan ember. Ibu yang tinggal sebatang kara itu juga menuturkan, untuk memenuhi kebutuhan makan dalam sehari saja kesulitan. Sebab, dia tidak bisa bekerja karena matanya tidak bisa melihat akibat katarak.

Nek mboten wonten sing maringi, kula nggih pasa,” ujarnya pelan.

Ganjar mendengarkan keluh kesah warganya dengan dengan bersimpuh. Dia pun memastikan akan membantunya.

Mangke kula paringi kompor, beras, minyak lan kebutuhan liyane. Sakniki njenengan mboten usah khawatir,” ucap Ganjar kemudian memanggil petugas Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK)

Kejadian seperti yang dialami Ibu Parti, menurut Ganjar, pasti ditemui pula di daerah lain. Karenanya, dia meminta, pemerintah desa dan TKSK yang jaraknya lebih dekat dengan warga, memberikan perhatian serius. Sehingga, apabila diketahui kasus seperti Ibu Parti, bisa segera ditangani.

Upaya pengentasan kemiskinan, lanjut dia, terus digenjot dengan cara “keroyokan” dengan berbagai pihak. Baik dengan pemerintah pusat, kabupaten/ kota, masyarakat, maupun perusahaan swasta. Ditandaskan, semua harus terlibat gotong royong untuk menyelesaikan masalah kemiskinan.

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait