Jangan Euforia dengan Tol Baru

  • 16 Jun
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Masyarakat, termasuk pemudik, diminta tidak euforia dengan difungsikannya sejumlah ruas jalan tol di Jawa Tengah. Pasalnya, difungsikannya tol dengan tanpa membayar seringkali membuat pemudik ingin melintasinya. Apalagi, keberadaan tol Bawen-Salatiga yang sempat viral di media sosial karena pemandangannya yang indah.

“Kalau semua inginnya masuk ke tol, ya bakal umpek-umpekan di situ, seperti tahun lalu. Karenanya, masyarakat yang mudik, khususnya yang lewat Jateng, silakan berbagi, pilih jalur mana yang dilewati. Jalur selatan, tengah, tol fungsional, atau pantura,” ungkap Dirlantas Polda Jateng AKBP Dr Bakharuddin Muhammadsyah SH SIK MSi, saat dialog interaktif Jateng Siap Hadapi Arus Mudik dan Balik Lebaran 2017, di Studio Mini Kantor Gubernur Jawa Tengah, Jumat (16/6).

Diakui, kepadatan lalu lintas di Jawa Tengah tak terelakkan mengingat provinsi ini tak hanya sebagai tempat tujuan mudik tapi juga jalur perlintasan. Menyikapi hal tersebut, pihaknya meningkatkan sinergi melalui penanganan yang terintegrasi, baik sesama kepolisian maupun instansi terkait lainnya dan masyarakat. Bahkan pada tahun ini pengaturan lalu lintas langsung dikomando oleh Korlantas Mabes Polri. Sementara, Dirlantas di masing-masing Polda, baik Metro Jaya, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, maupun wilayah di sekitarnya, bertindak sebagai Kasat Opsda yang bertanggung jawab di provinsinya.

Bakharuddin menambahkan, penanganan lalu lintas memang harus terintegrasi, tidak bisa terpisah-pisahkan. Karenanya, sinergi dengan berbagai pihak terus diperkuat, termasuk antar-Polda di Pulau Jawa dan sekitarnya.

Pihak kepolisian juga telah menyusun beberapa skenario rekayasa lalu lintas. Jika kondisinya lancar, diperlakukan seperti arus mudik biasa. Kalau mulai ada kepadatan, diberlakukan sistem 3-1, tiga lajur dari Jakarta ke Semarang, satu lajur dari timur ke barat. Saat kepadatan tambah parah, diterapkan sistem 4-0.

“Tambah padat lagi, langsung calling, di sana ada ‘wasit’ dari Mabes Polri yang memerintahkan kita ‘melempar’ (arus kendaraan) ke selatan,” bebernya.

Di titik-titik rawan kemacetan, terang Bakharuddin, akan ditempatkan CCTV sebagai alat monitor real time. Seperti di Gringsing, Pemalang, Kretek, dan lainnya. Ada pula traffic management centre.

“Sehingga kalau ada masyarakat yang ngeyel, kami suruh lihat, real time videotronnya seperti itu,” katanya.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP tak menampik mudik masih menjadi tradisi yang sulit dihilangkan, bahkan dengan kecanggihan teknologi seperti sekarang. Namun, dia meminta masyarakat yang tidak mampu dan menjadi beban, lebih baik tidak memaksakan mudik.

“Masih ada yang menganggap, kalau anaknya tidak pulang berarti tidak setia. Padahal banyak cara lain bersilaturahmi, seperti lewat telepon, bahkan video call. Tapi maunya orang, kalau tidak tatap muka, tidak sungkem, tidak mantap. Meski ada pula yang gara-gara IT, tetangga depan samping datang salaman saja susah. Ini menyangkut value,” terang Sekda.

Melihat realitas tersebut, katanya, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di bawah komando Gubernur Ganjar Pranowo terus melakukan pembenahan dan meningkatkan sinergi. Sebab bagaimana pun tugas pemerintah memberikan fasilitasi, pengaturan, khususnya untuk para pemudik agar mereka jangan sampai mengalami hambatan, gangguan, dan terjamin keamanannya. Bahkan, pemprov bersama kepolisian, pemerintah kabupaten/ kota, dan pihak terkait lainnya telah membuat rekayasa dan menggelar simulasi bersama.

“Dengan persiapan yang mantap, insya Allah tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang terulang, seperti peristiwa Brexit tahun lalu,” ujarnya optimistis.

Ditambahkan, saat arus mudik dan balik nanti, masih ada sejumlah ruas jalan yang masih belum selesai diperbaiki. Tapi pihaknya berupaya mempercepat pengerjaan, sehingga H-7 lebaran bisa selesai. Kalau pun belum, mengingat kontrak pengerjaan jalan biasanya sampai akhir tahun, setidaknya jalan tersebut bisa dilalui pemudik dengan aman. Tentunya, tetap diperlukan kehati-hatian dari seluruh pengguna jalan. Termasuk, tidak memaksakan menerobos palang pintu kereta yang berisiko pada kecelakaan.

Sementara itu, Kepala Satuan Kerja Wilayah Pantura Barat Balai Pelaksana Jalan Nasional VII Aidil Fikri menyampaikan perlintasan kereta api sebidang antara Pejagan-Ajibarang yang tahun sebelumnya menjadi sumber kemacetan, akan teratasi dengan difungsikannya empat fly over. Sehingga, lebaran kali ini diharapkan tidak lagi ada kemacetan yang bersumber dari perlintasan kereta api sebidang.

Di sisi lain, untuk kenyamanan pengguna jalan, pihaknya bersama jajaran pemprov dan pemkab/ pemkot, terus meningkatkan fasilitas jalan dengan mewujudkan jalan tanpa lubang. Setidaknya, dapat memberikan kenyamanan berkendara bagi pemudik kendati tak dipungkiri masih ada sejumlah ruas jalan yang bergelombang. Namun setidaknya jalur-jalur alternatif sudah disiapkan, seperti jalur lintas selatan dari perbatasan Jawa Barat-Karangpucung-Wangon-Kebumen-Kutoarjo-Kebumen sampai batas Yogyakarta. Beberapa bulan lalu kondisi jalan tersebut rusak ringan dan berat, tapi sekarang kondisinya lebih baik dengan dua jalur dua lajur.

Kendati begitu, Aidil mengakui ada pekerjaan jalan yang masih belum bisa diselesaikan dan difungsikan, yakni perbaikan jalan di Jatingaleh. Semestinya, kontrak pengerjaan jalan itu hingga Juli 2017, dengan harapan pada mudik dan balik bisa difungsikan. Tapi ternyata pengerjaannya masih belum optimal, sehingga masih ada penyempitan dan pengurangan kapasitas kendaraan yang melintas.

“Dari Kementerian  PU-Pera minta maaf dengan kondisi ini. Faktanya belum mampu menjadikan fungsional jembatan itu (Jatingaleh),” tandasnya. (Ul, Diskominfo Jateng)

 

 

Berita Terkait