Jangan Apolitis

  • 28 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – “Semakin banyak aktivis politik yang menggunakan Islam sebagai politik identitas. Lalu, bagaimana agar Islam tetap menjadi agama yang rahmatan lil alamin dan tidak digunakan sebagai politik identitas?”

Pertanyaaan kritis yang dilontarkan oleh Devi, salah seorang mahasiswi jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Diponegoro, saat Seminar Nasional bertajuk “Pemuda dan Politik” di LPPU Tembalang, Sabtu (27/10) itu disambut tepuk tangan hadirin. Tidak terkecuali Wakil Gubernur H Taj Yasin Maimoen yang hadir sebagai pembicara pada forum tersebut.

Menanggapi pertanyaan Devi, pria yang akrab disapa Gus Yasin ini berpendapat, saat ini agama Islam seringkali dikaitkan dengan hal-hal radikal. Untuk menepis anggapan tersebut dan menegakkan Islam yang rahmatan lil alamin, umat muslim harus menjunjung sikap saling menghormati dalam kehidupan bermasyarakat.

“Dalam memperjuangkan Islam, kita harus memiliki sifat ar-rahman dan ar-rahim. Saling mengasihi, saling menghormati karena kita semua ini adalah orang-orang yang disayangi Allah,” terang putera ulama kharismatik KH Maimoen Zubair itu.

Gus Yasin juga mendorong kaum muda tidak bersikap apolitis. Mereka sebagai generasi penerus diharapkan terlibat aktif di partai politik dan memberikan sumbangsih berupa terobosan-terobosan untuk mengatasi persoalan rakyat.

“Saya ingin mengajak kepada adik-adik ayo kita ubah politik Indonesia dengan ide-ide cemerlang kita. Jangan apolitis, kita juga perlu menyampaikan ide-ide di jalan politik yang benar. Ketika kita memperoleh amanah berupa kekuasaan, maka kekuasaan itu digunakan untuk kesejahteraan masyarakat,” imbaunya.

Mantan anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah itu pun mengajak mahasiwa untuk gencar memerangi berita bohong (hoaks) yang mudah sekali tersebar ke tengah masyarakat. Gus Yasin menilai, peran aktif mahasiswa memerangi hoaks memiliki arti penting, mengingat 40-50 persen pemilih di Indonesia adalah generasi milenial yang akrab dengan media sosial.

“Dari sekitar 105 juta pemilih, 40-50 persennya adalah pemilih milenial dan sekarang kita berperang dengan hoaks yang memecah belah masyarakat. Maka mari kita bersama-sama perangi isu-isu SARA,” pungkasnya.

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait