Jaga Ukhuwah Tanpa Bedakan Agama dan Pandangan Politik

  • 23 Nov
  • bidang ikp
  • No Comments

Kajen – Ribuan kader GP Ansor terbius dengan aksi Teatrikal Satu Negeri yang disuguhkan pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad dan Hari Pahlawan, di Alun-alun Kajen, Kabupaten Pekalongan, Kamis (22/11) malam . Teatrikal yang dihadiri Presiden RI Ir H Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo itu, mengusung cerita sejarah berdirinya organisasi Nahdlatul Ulama (NU) dan Kebangkitan Bangsa.

Berdurasi sekitar 20 menit, penonton sudah bisa menangkap pesan yang ingin disampaikan dalam pertunjukkan itu. Salah satunya pada adegan saat KH Hasyim Ashari akhirnya mantap memutuskan mendirikan organisasi NU, setelah mendapat dorongan dari gurunya. Adegan tersebut disambut tepuk tangan riuh para kader GP Ansor. Cerita, tokoh, koreografi, tata lampu, narasi dan tata suara yang dibawakan dengan sangat apik, membuat audiens bergeming.

Ketua PP GP Ansor Yaqut Cholil Qaumas melaporkan kepada presiden, sebelum pelaksanaan Peringatan Maulid Nabi di Alun-alun Kajen, GP Ansor telah menyelesaikan perjalanan kirab satu negeri yang dilakukan di lima titik terdepan di Indonesia. Yakni, Merauke, Miangas, Rote, Nunukan dan Sabang.

“(Sebanyak) 85 pataka merah putih dikibarkan, diarak melintasi 34 prov, 188 kabupaten/ kota, menjumpai jutaan saudara sebangsa dari berbagai latar belakang budaya, etnis, suku, dan agama. 85 pataka merah putih saksi berbagai dialog kebangsaan yang digelar, silaturrahim sesama anak bangsa, pengajian, ziarah dan doa untuk negeri,” jelas Yaqut.

Tidak itu saja, katanya, kegiatan lain yang digelar Kirab Satu Negeri adalah upacara bendera, pagelaran seni, menanam pohon, dan bakti sosial membantu warga Indonesia yang tertimpa musibah gempa di NTB dan Sulawesi Tengah. Khusus pengibaran bendera, Yaqut membeberkan, GP Ansor mendapat dua rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri). Rekor pertama pembentangan kain merah putih terpanjang di perbatasan Indonesia, di Jayapura. Rekor kedua menjahit bendera merah putih terbanyak di halaman kediaman ibu negara Fatmawati, di Bengkulu.

“Ini semua kita lakukan karena kita ingin konsensus kebangsaan Indonesia tetap kokoh. Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 45 tetap jadi pengikat bagi bangsa yang sangat majemuk ini,” harap dia.

Ulama-ulama NU, imbuhnya, mengajarkan Islam adalah rahmah atau kasih sayang. Bahkan Allah memberikan pesan, “Tidaklah Aku utus Engkau Muhammad kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta”. Pesan itulah yang mendasari para kiai NU pada zaman kemerdekaan menyusun, menyepakati dan menyatakan dasar negara Pancasila sudah final.

“Pesan ini pula yang membuat kiai NU menyepakati NKRI sebagai rumah bersama bagi bangsa yang majemuk ini, dan harus dipertahankan untuk kemaslahatan hidup bersama,” ungkap dia.

Presiden RI Ir H Joko Widodo menyatakan senang bisa hadir di tengah keluarga besar GP Ansor. Sebab, menurut pandangan orang nomor satu di Indonesia itu, GP Ansor selalu berada di garis depan dalam menjaga Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 45 dari aksi sparatisme dan terorisme. Sikap yang dimiliki GP Ansor menunjukkan bangsa yang mewarisi keberanian para pejuang dan ketulusan para pahlawan. Itulah sifat asli bangsa Indonesia.

“Kita harus berani menunjukkan bahwa Pancasila adalah ideologi asli bangsa Indonesia dan tidak bisa digantikan ideologi lain. Apalagi ideologi impor,” tandas kepala negara, yang didampingi pula oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen.

Lebih lanjut Presiden menyampaikan, dalam memperingati Maulid Nabi, umat Islam perlu merenungkan lebih dalam, Rasullullah diutus Allah SWT untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Membawa umat keluar dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Tugas itu dilaksanakan Nabi Muhammad SAW dengan cara santun, lembut dan penuh kasih sayang.

“Sebab itu, sebagai umat nabi, kita dituntut untuk mengikuti teladan beliau dalam segala aspek kehidupan. Teladan untuk berakhlak baik, berakhlakul karimah, mengemban misi rahmatan lil alamin dan menjaga ukhuwah di kalangan masyarakat kita. Ukhuwah yang tanpa membedakan latar belakang agama, status sosial, pandangan politik seperti yang beliau lakukan saat memimpin di madinah,” pintanya.

Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta ini, menjaga ukhuwah sangat penting. Sebab, ukhuwah yang terjaga akan memunculkan kerukunan dan persatuan yang merupakan aset besar bangsa Indonesia. Dia mengajak keluarga besar GP Ansor untuk sabar menghadapi masalah dan tantangan. Meletakkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan kelompok sendiri, menjaga marwah ulama dan organisasi, untuk terus melakukan syiar Islam dan ke Indonesiaan dalam satu tarikan nafas.

“Selalu bermunajat untuk kedamaian, kebaikan, kesejahteraan dan kemakmuran seperti yang dilakukan nabi, syuhada, aulia dan pahlawan-pahlawan kita,” papar mantan Wali Kota Surakarta itu.

Presiden yakin, dengan mengikuti jalan kemuliaan Nabi Muhammad SAW, Indonesia akan terus bergerak maju. Maju dalam menghadirkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, meningkatkan kualitas SDM dan mewujudkan negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafûr.

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait