Jaga Laku Kultural, Pelihara Sumber Air

  • 04 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

Magelang – Persoalan kekeringan yang melanda sejumlah titik di Provinsi Jawa Tengah mendapat perhatian serius Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Ia meminta semua instansi khususnya masyarakat terlibat dalam menyelesaikan persoalan itu.

Hal tersebut disampaikan Ganjar saat rembugan bareng warga serta penyaluran air bersih di kecamatan Grabag Magelang, Kamis (4/10/2018). Dalam kesempatan itu, Ganjar meminta masyarakat menjaga sumber air dengan laku kultural.

Laku kultural itu menurut Ganjar cukup akrab bagi masyarakat. Hal itu dapat diterapkan dalam rangka menjaga sumber air, misalnya dengan tidak menebang pohon yang ada di atas sumber-sumber mata air atau area konservasi.

Ora elok, aja dirusak lan aja dikethok (tidak baik, jangan dirusak dan jangan dipotong), ada sanksi masyarakat kalau memotong pohon di area konservasi. Mudah-mudahan cara-cara seperti ini bisa melekat,” kata dia.

Menurut dia, tingkah laku kultural yang melekat dalam warga harus dilestarikan. Ada banyak nilai yang bagus dalam tingkah laku kultural itu.

Nyuwun sewu, aja ngidoni sumur, nguyuhi sumur (Maaf, jangan meludahi sumur, mengencingi sumur). Nah, yang kayak-kayak gitu untuk merawat agar itu menjadi sumber kehidupan yang ternyata mereka sangat membutuhkan,” tegasnya.

Ditambahkan, kekeringan yang melanda Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang telah berlangsung puluhan tahun. Susahnya sumber mata air, membuat warga sangat bergantung pada curah hujan untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari. Salah satunya warga Dusun Gatak, Desa Sugihmas, Kecamatan Grabag.

“Ini daerah yang memang cukup parah, tidak ada air sudah berpuluh-puluh tahun. Maka harus dihentikan. Bagaimana caranya? Cari sumber air. Ternyata sumber airnya di bawah, maka harus ada rekayasa,” tambahnya.

Dalam kondisi yang darurat, kata Ganjar, pihaknya masih terus droping air yang dibantu Damkar, BPBD, TNI/Polri, Kades dan Camat. Pada pemberian bantuan air bersih tersebut, warga membuat penampungan sementara yang setiap hari diisi.

“Tadi bagus dibuat penampungan sementara pakai terpal, sehingga bisa terus dipakai, tinggal dikontrol, habis ditambah. Sambil menunggu musim hujan,” ucapnya.

Karena kelangkaan sumber mata air tersebut, Ganjar lantas meminta mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Unnes untuk turun tangan berdasar langkah ilmiah.

“Mumpung ini ada anak-anak KKN Unnes, saya kasih PR, gawekna instalasi air. Bagaimana cara ngangkat air dari bawah ke sini,” katanya.

Soal anggaran dan sebagainya, kata Ganjar, Kepala Desa yang merencanakan. Jika mengalami kekurangan, biar pemerintah kabupaten dan provinsi yang mem-back up. Ganjar pun memerintahkan agar pejabat desa memiliki inisiatif menyelesaikan persoalan tersebut

“Kalau delapan kades punya inisiatif kan bagus, suruh anggarkan dari APBDes. Kalau kurang minta kabupaten, kurang minta provinsi. Tapi harus ada inisiatif dari masyarakat secara bareng-bareng untuk menyelesaikan, jangan kita biarkan terus menerus,” pungkasnya.

Di dusun Gatak, Desa Sugehmas, Kecamatan Grabag kekeringan melanda telah beberapa bulan. Namun terparah saat memasuki dua bulan terakhir.

Ihsan, salah satu warga mengatakan dia bersama tetangga-tetangganya harus menempuh jarak 8 km untuk mendapatkan air bersih.

Selain Sugihmas, tujuh desa juga di Kecamatan Grabag dengan 14 dusun. Hampir semua desa mengambil air di dusun Bongkos Desa Kali Gunung.
(Prov Jateng)

Berita Terkait