Jadikan MAJT Ikon Perdamaian Dunia

  • 12 Jul
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Dewan Pengurus Pelaksana (DPP) Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) akan menjadikan masjid yang dikelolanya sebagai pusat kajian dan pengembangan Islam Nusantara, tidak hanya di skala nasional melainkan internasional. Sehingga MAJT nantinya akan menjadi ikon perdamaian di seluruh dunia.

Hal tersebut ditegaskan oleh Ketua DPP MAJT KH Noor Ahmad dalam acara Halal Bihalal Keluarga Besar MAJT di Ballroom MAJT, Selasa (11/7) malam. Hadir dalam acara tersebut Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP, Imam Besar Masjid New York Muhammad Syamsi Ali, serta Ketua Komisi Hubungan Antar agama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (Kom HAK KAS), Romo Aloys Budi Purnomo Pr.

“Kita akan jadikan MAJT tidak hanya berskala nasional tapi juga internasional. Sehingga menjadi pusat dan rujukan Pengembangan Islam Nusantara yang rahmatan lilalamin,” katanya.

Menurut Noor Ahmad, pihaknya sudah menjalin kerjasama dengan Masjid Raya China, Amerika dan dalam waktu dekat ini juga akan melakukan kerjasama dengan Malaysia hingga Eropa. Sehingga melalui jaringan-jaringan internasional itu, Islam Nusantara dapat menyebar ke seluruh dunia dan menciptakan perdamaian tanpa ada radikalisme, dan sekulerisme.

Untuk menciptakan masyarakat yang madani tidak hanya di Indonesia melainkan juga di seluruh dunia, imbuh Noor Ahmad, pihaknya juga akan merangkul semua pihak dari kalangan umat nonmuslim.

Gubernur Ganjar mengapresiasi program yang disampaikan oleh DPP MAJT yang akan melakukan pengembangan Islam Nusantara ke seluruh dunia. Menurutnya saat ini ada keresahan bersama baik dari tokoh agama maupun masyarakat terkait intoleransi, dan radikalisme. Sehingga  pengembangan tersebut diharapkan akan dapat bermanfaat untuk umat.

“Kita mendengar baik apa yang tadi diprogramkan dan mudah-mudahan MAJT tambah maju dan bermanfaat untuk umat,” katanya.

Sementara itu, dalam tausiyahnya, Imam Besar Masjid New York Muhammad Syamsi Ali mengajak umat Islam untuk ikut mewujudkan ketakwaan kolektif tanpa melihat latar belakang agama. Ketakwaan kolektif itu diperlukan dalam interaksi sosial karena kemanusiaan membutuhkan interaksi sosial untuk hidup. Dan di tengah-tengah masyarakat pasti terdapat perbedaan yang bisa dijadikan sebagai potensi untuk menciptakan perdamaian.

 

Reporter : Kh, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait