Jadi Kader Akan Awet Muda

  • 04 Apr
  • bidang ikp
  • No Comments

Ungaran – Menjadi kader PKK, jangan dianggap sebagai beban. Justru para kader mesti merasa senang karena bisa berperan dalam menciptakan generasi berkualitas dan berkarakter.

Hal itu ditekankan Plt Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Hj Sudarli Heru Sudjatmoko, saat Penutupan Temu Kader Dalam Rangka Penanggulangan Masalah Kesehatan Prioritas Bagi Kader PKK Kabupaten/ Kota se-Jateng, di Monumen PKK Ungaran, Rabu (4/4). Ditambahkan, tantangan menjadi kader di era sekarang berbeda dengan dulu.

Pada era dulu, di mana program Keluarga Berencana (KB) sedang gencar-gencarnya disosialisasikan, orang sungkan mengadakan posyandu karena tugasnya mencari peserta KB baru. Sebab, kader cenderung terintimidasi oleh mereka yang tidak setuju dengan KB, bahkan, nyawa pun bisa terancam.

Sekarang, di saat semakin banyak orang yang mengenal KB, banyak yang sudah mengikuti KB secara mandiri, peran kader berubah. Mereka fokus pada kesehatan ibu dan anak, bagaimana meyakinkan masyarakat agar bisa menyiapkan generasi yang bagus, bukan generasi gontok-gontokkan. Mulai dari aspek pola asuh, pemenuhan gizi anak maupun keluarga, terjaganya lingkungan yang sehat, dan sebagainya.

Memberikan edukasi kepada masyarakat, kata Sudarli, memang menjadi kunci perubahan perilaku. Untuk itu, dia meminta para kader agar tak lelah melakukan penyuluhan, karena ilmu tidak akan bermanfaat jika hanya “ditumpuk” dalam pikiran. Sebaliknya, jika ilmu yang dimiliki disampaikan kepada masyarakat, akan memberikan pahala bagi si penyampainya.

“Kalau diniati bismillah, ridho dan rela menjadi kader, isya Allah hidupnya enak. Paling tidak awet muda. Merasa awet muda karena sering bertemu dengan banyak orang,” ungkapnya.

Di era globalisasi seperti sekarang, di mana teknologi informasi semakin canggih, Sudarli juga menekankan agar kader lebih cerdas menggunakan gadget. Pakailah telepon pintar untuk berkomunikasi, mengakses informasi, namun tanpa melupakan perannya sebagai kader, dan tak mengabaikan keluarganya.

Kader juga dituntut bisa menjadi contoh bagi lingkungan sekitarnya. Sebelum menyosialisasikan program kepada masyarakat, dia mesti menerapkannya terlebih dahulu pada diri dan keluarganya. Kreativitas mereka pun sangat dibutuhkan. Misalnya, di saat anak-anak semakin sulit mengonsumsi ikan karena banyaknya makanan cepat saji, kader diharapkan bisa mengajarkan cara lain mengolah ikan.

“Yang jelas, jangan pernah berhenti menjadi kader,” tandas Sudarli. (Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait