Ini Pesan Wanita Pejuang Pertempuran Lima Hari di Semarang

  • 14 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang dilaksanakan secara sederhana di Halaman Museum Mandala Bhakti, Rabu (14/10/2020). Ada kisah dan wejangan pejuang wanita yang dititipkan melalui Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, sebagai bekal perjuangan melawan Covid-19.

 

Satu di antaranya, kisah Werdiniyati Soedardjo, pejuang Pertempuran Lima Hari di Semarang, 75 tahun silam. Perempuan 88 tahun itu, hadir secara langsung pada peringatan ke-75 peristiwa berdarah itu. Melalui putrinya, Sih Wahyu Nur Hastanti, Werdiniyati bercerita pengalamannya.

 

“Ibu itu dulu pas berjuang masih umur 13 tahun. Waktu itu ibu membawa senjata untuk kakaknya, disembunyikan dalam bakul ditutupi sayur-sayuran,” ujarnya, saat mendampingi Werdiniyati menerima penghargaan peniti emas dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

 

Wahyu menceritakan, ibunya harus berjalan kaki dari Jatingaleh ke kawasan Tugu Muda, dan menghindari pemeriksaan tentara-tentara Jepang.

 

“Kalau ada tentara Jepang, ibu ya pura-pura ngarit (mencari rumput). Sampai di kawasan sini (Tugu Muda) ibu melihat banyak yang dibantai. Kakak ibu juga turut dibunuh Jepang,” paparnya.

 

Sementara itu, Werdiniyati berpesan agar generasi muda menjalani era kemerdekaan sesuai dengan peran yang dilakukan.

 

“Kalau untuk anak-anak sekarang, yang penting tanggung jawab pada bangsa. Nek sekolah ya sungguh-sungguh sekolah, bekerja ya tanggung jawab, kalau umpamanya jadi pembantu ya jangan seolah-olah jadi pejabat, (uang) dikumpulkan untuk masa depan,” pesannya.

 

Werdiniyati juga mengucapkan terima kasih, atas perhatian yang diberikan oleh para pemerintah. Ia juga berpesan agar menjalani hidup secara sabar dan jangan saling membenci.

 

“Makasih putra-putra kinasih (tercinta) kalian mau memperhatikan kita-kita sudah tua seperti ini, dikumpulkan ditanya dilihat. Kalau kita ada kesalahan dimaafkan. Tapi kalau kita masih dibutuhkan, sampai kapanpun Yang Ti tidak akan meninggalkan,” kata lurah perempuan pertama di Kota Semarang itu.

 

Perlu diketahui, selain Werdiniyati ada dua pelaku Pertempuran Lima Hari yang mendapat penghargaan. Yakni Domo Mulyadi dan Huri Prasetyo.

 

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengingatkan, heroisme pejuang dapat menetes ke generasi yang kini berhadapan dengan Pandemi Covid-19. Pada kesempatan itu, ia sempat mendapatkan wejangan dari Werdiniyati berupa pesan agar senantiasa merawat cinta terhadap bangsa dan saling tolong menolong.

 

“Semoga heroisme yang sejak dulu diberikan menetes kepada kita hari ini. Dulu lawan Jepang sekarang lawan Covid-19. Sekarang yang dibutuhkan adalah persatuan dan kontribusi dari semuanya,” ungkapnya.

 

Gubernur mengatakan, untuk melawan Covid-19 dibutuhkan kerelaan dan kesadaran untuk tetap memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Selain itu, segala aspirasi yang disampaikan haruslah dengan cara yang santun.

 

“Tidak sulit kok, ketika menyampaikan aspirasi dengan baik, tidak sulit kok dengan cara tidak melempar-lempar sehingga ada yang terluka. Kita butuh nilai keadilan yang beradab, kita butuh persatuan Indonesia. Semoga cerita kepahlawanan itu menetes di sanubari kita, sebagai anak dan cucu bangsa,” pungkas Ganjar. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait